Publik mengenal kanker darah sebagai leukemia. Padahal kanker darah terdiri dari 3 jenis yakni leukemia, limfoma, dan juga myeloma. Gejala awalnya bisa ditandai dengan berbagai perdarahan di tubuh. Misalnya gusi berdarah, mimisan, hingga demam. Jika sering mengalami hal itu, seharusnya Anda harus curiga.
Dalam diskusi bersama Parkway Cancer Centre (PCC) Singapura, Konsultan Senior, Hematologi, Parkway Cancer Centre dr. Colin Phipps Diong mengatakan selain leukemia, ada dua jenis kanker darah lainnya yang paling umum di Indonesia, yakni limfoma dan myeloma. Masing-masing dari jenis kanker darah tersebut memiliki penyebab pembentukannya sendiri.
“Gejala awal bisa ditandai dengan demam lalu perdarahan terus menerus, bisa terjadi kapan aja. Anak-anak misalnya, bisa mimisan dan juga gusi berdarah,” katanya, Rabu 20 April 2022.
Lalu kapan harus curiga bahwa itu bukan perdarahan biasa? Dan kapan kita harus segera ke dokter? “Jika gejala terus menerus dan berulang. Perdarahan di gusi misalnya bisa terjadi 15-20 menit. Ada luka tanpa ada cedera yang jelas di tubuh. Atau pasien juga bisa mengalami pingsan,” ungkapnya.
Kanker darah disebabkan oleh disfungsi di dalam pertumbuhan dan perilaku sel, sehingga menyebabkan kelebihan sel darah putih yang diproduksi sumsum tulang yang kemudian mengarah ke kanker. Hingga saat ini, belum ada tes skrining yang mampu mendeteksi kanker darah sejak dini. Sehingga, pengidap hanya bisa merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan tubuh mereka ketika mengalami gejala kanker darah.
Berbagai macam pilihan terapi saat ini memberi harapan bagi pasien kanker darah. Salah satunya terapi Sel T CAR. Apa itu? “Sebuah harapan baru bagi pasien. Tingkat kesuksesan remisi terapi sel T CAR mencapai 60-80 persen untuk limfoma dan 80-90 persen untuk leukemia,” katanya.
Direktur Medis dan Konsultan Senior, Onkologi Medis, Parkway Cancer Centre dr Ang Peng Tiam mengatakan dengan kemajuan teknologi medis saat ini, para dokter dan peneliti telah menemukan pengobatan terbaru untuk kanker darah.
Terapi Sel T Chimeric Antigen Receptor (CAR) atau terapi Sel T CAR merupakan pengobatan kanker darah terkini yang memberikan harapan baru bagi pasien. Terapi ini telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi.
“Dalam tiga dekade terakhir, kami telah melihat perkembangan yang luar biasa pada pengobatan baru untuk kanker. Pengobatan tersebut menjadi lebih efektif dan memiliki efek samping yang lebih kecil,” kata dr. Ang Peng Tiam.
“Dengan pengobatan-pengobatan terbaru ini, kami dapat mengombinasikan beberapa pengobatan untuk mencapai hasil yang lebih baik,” tambahnya.
Untuk mendapatkan pengobatan Sel T CAR, terdapat beberapa proses yang harus dilewati oleh pasien. Proses awal dimulai dengan skrining dan mengambil Sel T, diikuti oleh proses modifikasi Sel T, kemudian melakukan kemoterapi sebelum Sel T dimasukan kembali, proses memasukan Sel T CAR itu sendiri, dan terakhir adalah fase pemulihan dan pemantauan.
Proses pertama dikenal dengan istilah leukapheresis untuk mengumpulkan sel darah putih termasuk Sel T. Kemudian, Sel T dipisahkan dan dipindahkan ke laboratorium untuk dimodifikasi. Proses ini dilakukan dengan memasukkan gen Chimeric Antigen Receptor (CAR) ke dalam Sel T.
Proses selanjutnya yakni memasukkan kembali Sel T CAR ke dalam tubuh. Dalam proses ini, pasien akan diberikan kemoterapi untuk menurunkan jumlah sel imun di dalam tubuh dan mempersiapkannya untuk menerima Sel T CAR tersebut. Begitu Sel T CAR mulai mengikat sel-sel kanker di dalam tubuh, mereka akan mulai bertambah jumlahnya dan menghancurkan sel-sel kanker.
Setelah menyelesaikan proses-proses tersebut, pasien kemudian akan melalui fase pemulihan dan tindak lanjut. Selama 6-8 minggu ke depan, tim dokter akan dengan cermat memantau kondisi pasien dan efek sampingnya.
Penyakit kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut data Global Cancer Observatory (Globocan), pada 2020 di Indonesia terdapat 396.914 kasus kanker dengan angka kematian mencapai 234,511. Untuk kanker darah sendiri mencapai 23.660 kasus, sehingga disebut sebagai jenis kanker paling umum kedua di Indonesia. (*)