JAKARTA, SULBAREXPRESS – Kesepakatan tiga partai politik, yakni Golkar, PAN, dan PPP, untuk berkoalisi diharapkan ditindaklanjuti dengan tujuan strategis untuk masyarakat. Bukan untuk misi-misi terselubung.
Pengamat politik yang juga pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI Hendri Satrio menilai pembentukan koalisi tiga partai itu masih misterius. Sebab, tidak ada tujuan yang pasti.
Apakah ingin menyaingi poros yang sudah ada, mengamankan elektabilitas partai yang merosot, atau mengusung calon tertentu. Dia justru khawatir, koalisi yang dibentuk partai-partai pendukung pemerintah itu memiliki misi tertentu. Terlebih, dua di antaranya merupakan eks partai pengusul penundaan pemilu.
“Apakah ini ada arahan dari istana?” kata Hendri yang mengaku mudah curiga pasca bergulirnya isu penundaan pemilu kemarin.
Dia berharap koalisi tidak dibentuk hanya untuk memunculkan calon boneka dan memuluskan calon lain. “Tidak hanya satu paslon didukung, kemudian satu paslon lain boneka untuk memenuhi ketentuan UU,” tegasnya.
Menurut dia, koalisi yang dibentuk harus membawa kebaikan bagi demokrasi. Karena itu, dia meminta koalisi bisa lebih transparan dan menjelaskan ke publik tujuan pembentukannya.
Menanggapi hal itu, Sekjen PAN Eddy Soeparno merespons santai. Menurut dia, kecurigaan merupakan bagian dari persepsi masyarakat. Namun, dia menegaskan bahwa kecurigaan tersebut tidak benar.
“Kami tidak ingin istilahnya sepak bola gajah dalam pilpres. Kami ingin hadirkan sebanyak-banyaknya calon,” ujarnya.
Dia juga menegaskan, hadirnya koalisi tiga partai bukan karena order istana. Melainkan murni inisiatif dari tiga partai. “Ini membawa independensi masing-masing, tidak ada arahan pihak luar,” tuturnya.
Dia mengakui, komunikasi pada koalisi ketiga partai baru sebatas awal. Tujuan yang lebih strategis baru dibahas tim khusus. Termasuk menyangkut kans mengusung calon dalam pilpres.
Sementara itu, terbentuknya koalisi baru direspons sejumlah partai politik. Koalisi tersebut dinilai positif untuk menambah alternatif poros politik yang kelak terbentuk. Seperti diketahui, sejauh ini poros politik yang berpotensi muncul sebatas PDIP-Gerindra.
Juru Bicara Partai PKS Pipin Sopian mengatakan, pihaknya menghormati pembentukan koalisi ketiga partai. Bagi PKS, munculnya poros baru sebagai hal yang positif.
Banyaknya poros, bagi PKS, sangat dibutuhkan untuk menghasilkan lebih dari dua pasangan calon. Dia menyebut kondisi pilpres yang dua pasangan sebisanya dihindari karena dapat memperpanjang polarisasi di masyarakat.
Terkait sikap PKS, Pipin mengatakan bahwa pihaknya masih menjalin komunikasi dengan pihak lain tanpa terkecuali. Sikap yang sama juga disampaikan Partai Demokrat.
Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra juga menghormati keputusan PAN, PPP, dan Golkar. Bagi dia, itu hak masing-masing partai. Sama seperti PKS, Demokrat mengambil sikap tidak mau terburu-buru.
Meskipun komunikasi sudah sering dilakukan, Zaky mengisyaratkan keputusan tidak diambil dalam waktu dekat. “Kami belum mau mengunci dulu. Satu setengah tahun masih panjang perjalanannya,” ujarnya.
Saat ini, lanjut dia, Partai Demokrat tengah mempelajari arah dari keinginan mayoritas masyarakat. Apakah menginginkan perubahan atau justru menghendaki keberlanjutan. “Pilihan kami berkoalisi dan menentukan calon presiden bergantung pada semua hal ini,” imbuhnya. (jp)