MAMUJU, SULBAREXPRESS — Kabar duka datang. Innalillahi Wainnailahi Rajiun. Dr. H. Said Saggaf, bupati pertama di Kabupaten Mamasa, mengembuskan nafas terakhir, Senin 16 Mei 2022.
Kabar duka itu disampaikan salah seorang kerabat almarhum, Fauziah Dianda Anwar melalui akun facebooknya. Said Saggaf meninggal pukul 08.47 Wita di kediamannya di Jl. Hertasning Utara III B, No. 16 Makassar.
Rencananya, siang ini, pukul 11.00 Wita, jenazah almarhum diberangkatkan ke Kabupaten Polewali Mandar (Polman) dan disemayamkan di rumah duka di Lantora, Kecamatan Polewali, Polman. Selanjutnya akan dikebumikan di pemakaman Keluarga “La Sida” di Lantora, pada ba’da ashar.
Selain itu, beberapa mantan kolega almarhum, salah satunya mantan Wakil Ketua DPRD Sulbar H. Zainal Abidin. “Pribadi saya menyapaikan duka yang mendalam dan bersaksi sepanjang sepengetahuan saya berinteraksi dengan beliau, baik semasa menjadi Bupati Mamasa maupun setelhanya, beliau adalah orang baik,” tulis Zainal Abidin di akun facebooknya.
Kiprah Said Saggaf
Mengengok ke belakang, ketika Mamasa terbentuk menjadi kabupaten, berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2002, atas nama Menteri Dalam Negeri (mendagri) Gubernur Sulsel HZB. Palaguna menunjuk Said Saggaf sebagai pejabat Bupati Mamasa.
Selanjutnya pada pertengahan tahun 2003, Said Saggaf dipasangkan dengan Victor Paotonan sebagai Calon Bupati Mamasa untuk jabatan bupati periode 2003-2008. Saat itu pemilihan di Parlemen Mamasa dimenangkan oleh pasangan ini.
Menjadi Bupati Mamasa, Said Saggaf memulainya dari nol. Mamasa pada waktu itu tertinggal. Sehingga yang dilakukan pertama kali adalah memperbaiki prasarana dasar, infrastruktur maupun seperti pendidikan, pariwisata, kesehatan dan pertanian.
Ia juga mengajak DPRD Mamasa selaku mitra pemerintah daerah agar APBD sebagian besar dialokasikan pada pembukaan jalan antar kabupaten, kecamatan dan desa. Dimulai dengan rintisan dan pengerasan seperti jalur Mamasa-Tabang-Tator.
Said Saggaf ingin mewujudkan Mamasa sebagai kota wisata. Dengan demikian, tak ada jalan lain selain membangun infrastruktur. Setelah itu baru beralih ke pembangunan kantor bupati, DPRD, dinas-dinas, kantor camat, puskesmas dan sekolah-sekolah.
Ketika itu Said Saggaf ingin membuat perubahan mendasar, yaitu perubahan pola pikir dan perilaku aparaturnya. Ia berobsesi menjadikan Mamasa sebagai kota mungil, small beautiful. Ia juga ingin akses jalanan antar kecamatan dan desa meningkat agar mobilitas perekonomian jadi lancer.
Dengan demikian, maka periodenya yang lima tahun bisa berpacu dengan kabupaten lain yang ada di Sulbar. Hal yang juga sangat ia perhatikan adalah toleransi antar umat beragama. (ham)