MAMUJU, SULBAREXPRESS – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Mandar bakal menggelar webinar “Dampak Krisis Iklim di Sulbar, Misinformasi dan Peran Media” yang terbuka untuk jurnalis dan masyarakat umum.
Ketua AJI Kota Mandar Rahmat mengatakan, kegiatan dilaksanakan merupakan agenda nasional AJI merespon situasi saat ini, pada Kamis 19 Mei 2022, dimulai pukul 14.00 Wita.
Menurutnya, pemanasan global itu nyata, membuat bumi mendekati ambang batas untuk mendukung kehidupan manusia. Suhu sudah menjadi semakin panas, bencana banyak terjadi, permukaan laut terus meninggi, dan biaya untuk tetap tinggal menjadi terlalu mahal sehingga jika dibiarkan terus menerus bakal memicu migrasi besar-besaran.
Dijelaskan, sebagian masyarakat belum sepenuhnya paham mengenai perubahan iklim. Bahkan secara umum di Indonesia saja menempati peringkat pertama yang menyangkal bahwa perubahan iklim disebabkan ulah manusia.
Berdasarkan pemetaan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kelautan (sumber: ditjenppi.menlhk.go.id) menyebutkan sejumlah daerah di Sulbar sangat rentan terhadap perubahan iklim. Namun hingga saat ini aksi adaptasi dan atau mitigasi belum berjalan dengan efektif dan efisien.
“Padahal sangat jelas dalam setengah dekade terakhir ini sejumlah bencana sangat terasa dampaknya tersebar merata di semua wilayah, itu diakibatkan oleh situasi alam seperti longsor dan banjir. Tidak hanya itu, intensitas curah hujan tinggi dan angin kencang juga semakin sulit diprediksi mengakibatkan nelayan sulit melaut. Sejumlah wilayah terendam dan dihantam abrasi, bahkan banjir bandang mengakibatkan sejumlah rumah warga, lahan pertanian dan fasilitas umum rusak parah serta menelan korban jiwa,” jelas Rahmat.
Tidak sampai disitu, saat ini situasi cuaca panas juga sulit diprediksi sehingga semakin menambah fenomena alam di Sulbar.
“Semua itu tentu menjadi tantangan dan masalah dari lemahnya pemahaman masyarakat terkait perubahan iklim mengingatkan pada sikap anti sains sebagian kalangan. Hal ini juga menegaskan adanya masalah dalam literasi terkait perubahan iklim, apalagi pada saat yang sama, penyebaran hoaks dan misinformasi juga meluas. Sehingga kegiatan ini penting kami lakukan,” ucapnya.
Masih, kata Rahmat, meskipun persoalan perubahan iklim nyata dan kerap diserukan, namun tidak semua orang percaya bahwa perubahan iklim itu nyata.
Khusus di Sulbar, pemahaman masyarakat mengenai perubahan iklim juga masih lemah, bahkan tidak sedikit yang percaya bahwa isu perubahan iklim hoaks. Hal ini berimplikasi pada absennya peran untuk turut memitigasi ataupun beradaptasi terhadap perubahan yang sudah terjadi.
Sebagaimana yang terjadi dengan penanganan pandemi Covid-19, media massa seharusnya bisa berperan dalam membangun literasi publik terkait perubahan iklim. Selain menangkal misinformasi, media juga bisa melakukan peliputan kritis guna mengawal berbagai upaya dalam mitigasi dan adaptasi terkait iklim.
Kepala Biro AJI Mamuju Anhar, selaku penanggung jawab kegiatan berharap, webiner yang dilaksanakan meningkatkan literasi dan kesadaran tentang perubahan iklim. Sehingga memberikan inspirasi tentang hal-hal yang bisa dilakukan sehari-hari untuk mengurangi laju dan dampak perubahan iklim.
“Selain itu, kami berharap dapat meningkatkan peran serta media dalam menangkal misinformasi terkait perubahan iklim dan memetakan kendala-kendala jurnalis dan media lokal untuk melaporkan isu krisis iklim serta memetakan peredaran misinformasi tentang krisis iklim di daerah,” harapnya.
Adapun narasumber pada kegiatan ini, yaitu Kepala Stasiun Metereologi Kelas II Majene Agus ST, BMKG Sulbar, Akademisi dan Peneliti DR. Rahmat Idrus, S.H,.M.H, dan Direktur Harian Sulbar Express Muhammad Ilham. Sebagai moderator Misbah Sabaruddin, pengurus AJI Kota Mandar Bidang Pendidikan. (*)
