OKU, SULBAREXPRESS – Otori Efendi alias Sueb alias Eef terdakwa kasus pembunuhan sadis Desa Bunglai, Kecamatan Kedaton Peninjauan Raya, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumsel, yang menewaskan 5 orang pada November 2021 lalu, divonis mati oleh majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Baturaja.
Sidang putusan yang digelar di ruang Cakra dipimpin ketua Majelis Hakim Hendri Agustian dengan hakim anggota Teddy Hendrawan dan Arie Septi Zahara serta dihadiri Jaksa Penuntut umum (JPU) Armein Ramdhani.
Putusan majelis hakim ini sesuai dengan tuntutan JPU sebelumnya, dimana JPU menuntut hukuman mati terhadap terdakwa. Terdakwa ditahan sejak tanggal 27 November 2021.
Selama persidangan terdakwa dihadirkan secara virtual dari rutan Polres OKU dan tidak didampingi oleh penasehat hukum terdakwa yang sudah ditunjuk oleh PN Baturaja, Selasa 24 Mei 2022.
Dalam persidangan majelis hakim menimbang hal yang memberatkan terdakwa dalam putusan yang dibacakan itu, di antaranya perbuatan tetdakwa sangat keji, perbuatan terdakwa menimbulkan korban jiwa, perbuatan terdakwa menyebabkan anak korban menjadi yatim piatu. Terdakwa tidak menyesali perbuatannya. “Sementara hal yang meringankan terdakwa tidak ada,” sebut majelis hakim dalam persidangan.
Berdasarkan fakta persidangan terdakwa dinyatakan bersalah terbukti melakukan tindakan pembunuhan berencana. Sementara terdakwa juga dinyatakan dalam keadaan sehat saat melakukan aksinya.
“Mengadili menyatakan terdakwa Otori Efendi terbukkti secara sah dan meyakinkan melakukan tidak pidana pembunuhan berencana dan menjatuhkam hukuman pidana mati,” tegas Ketua Majelis seraya mengetuk palu sidang.
Diakhir sidang, majelis hakim memberi waktu tujuh hari untuk terdakwa untuk menerima ataupun melakukan upaya hukum terhadap putusan itu. “Silahkan nanti dikonsultasikan ke kuasa hukumnya,” tukasnya.
Sementara itu JPU Armein Ramdhani menerima putusan majelis hakim tersebut. Menurutnya putusan itu sesuai dengan tuntutan yang disampaikan JPU sebelumnya. “Sesuai dengan tuntutan kita dan kita menerima, ini putusan maksimal tidak ada lagi putusan yang paling berat selain vonis mati,” kata Armein.
Armein juga menyampaikan apresiasi terhadap pihak Polres OKU dengan cepat membuka titik terang. “Kami juga berbela sungkawa terhadap keluarga korban,” tukasnya.
Disinggung soal pemindahan terdakwa, Armein mengatakan pihaknya masih menunggu upaya dari pihak terdakwa. “Jadi setelah putusan ini, terdakwa ada waktu tujuh hari untuk pikir-pikir atau terima. Jadi kami masih menunggu,” tandasnya.
Sementara itu salah satu keluarga korban mengaku puas dengan vonis yabg dijatuhkan oleh majelis hakim. Namun, pihaknya masih menuntut pihak keluarga terdakwa untuk meminta maaf dan pertanggungjawaban lain kepada keluarga terdakwa.
“Karena sampai saat ini tidak ada ucapan belasungkawa dengan kami para korban. Mereka tidak tahu di antara kami ini ada yang anaknya menjadi anak yatim dan yatim piatu,” pungkasnya. (sumeks)