MAMUJU, SULBAREXPRESS — Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono mengatakan, tim BMKG telah melakukan pemetaan setelah gempa bermagmitudi 6,2 pada Januari 2021 lalu yang melanda Kabupaten Mamuju dan Majene.
Dari hasil itu, ia mengaku, memiliki data terhadap kondisi wilayah di Sulbar, terutama daerah yang rawan terhadap guncangan kuat. “Kami kesini menyurvei lagi dampak gempa magnitudo 5,8 dan juga tentunya sebagai data tambahan di lapangan tentunya itu membuat peta kami lebih detail lagi,” ucapnya.
Ia mengaku akan melakukan pendataan dalam waktu dua atau tiga hari kedepan. Itu sebagai penguat data yang dimiliki BMKG. “Karena ini tambahan data saja tentunya dua tiga hari kedepan sudah tuntas dan kami akan olah untuk kami laporkan untuk pak gubernur,” ucapnya.
Rahmat mengungkap jika dalam melakukan pendataan, pihaknya tidak hanya fokus pada daerah perkotaan, tetapi juga pedesaan. Termasuk memastikan dampak gempa magnitudo 5,8 masuk daerah zona merah atau tidak.
“Nanti kami akan survei kesana (Lingkungan Salunangka, Kelurahan Rangas, Kecamatan Simboro), apakah zona merah termasuk di situ. Bisa jadi waktu 2021 kemarin daerah itu belum kami ukur, sehingga keterbatasan waktu memang lebih fokus ke kota karena pemukiman banyak. Atas informasi ini ada kerusakan, nanti kami turunkan tim untuk mengukur tingkat kerentangan sesmik di daerah tersebut,” ungkapnya.
Ia mengatakan, secara keseluruhan di Sulbar sepanjang pantai Mamuju masuk dalam kategori zona merah. “Apalagi dekat pantai sudah nampak zonanya merah, disitu tidak hanya kerentanan sesmik, kerentanan tsunami, apalagi dekat pantai sudah pasti,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kondisi tersebut juga terjadi di hampir seluruh kabupaten berdasarkan data kegempaan yang ada. “Kita ketahui di Mamuju dan Majene ada yang di darat itu sesar Mamuju, kemudian di laut ada sesar selat Makassar itu juga berdampak. Kalau di darat tentunya tidak berdampak tsunami, 2021 itu episenter di darat dan tidak ada dampak tsunami. Nah kalau yang di laut bisa berpotensi tsunami,” ungkapnya.
Sehingga dari hasil pertemuan bersama Pemprov Sulbar, BMKG merekomendasikan beberapa hal penting yang harus dilakukan. Seperti, gempa susulan masih dapat terjadi, masyarakat diminta tetap tenang tetapi waspada kemungkinan terjadinya gempa susulan signifikan. Masyarakat yang tempat tinggalnya sudah rusak, rusak sebagian atau miring, diimbau untuk tidak tinggal di rumah. Sebab jika terjadi gempa susulan signifikan, dapat mengalami kerusakan lebih berat bahkan bisa roboh.
Masyarakat perlu waspada dengan kawasan perbukitan dengan tebing curam, karena gempa susulan signifikan dapat memicu longsoran (landslide) dan runtuhan batu (rockfall). Masyarakat diminta tidak percaya berita bohong (hoax) mengenai prediksi akan terjadinya gempa dengan magnitudo yang lebih besar dan memicu tsunami. (idr/ham)