BANJARMASIN, SULBAREXPRESS – Gubernur Kalsel menyebut kemajuan pertanian di wilayahnya mengalami perkembangan sangat pesat. Ini berkat berbagai kebijakan fundamental yang diletakkan Menteri Pertanian Andi Sulaiman dulu, yang dirasakan hingga saat ini.
Pernyataan ini disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan Faried Fakmansyah yang mewakili Gubernur Kalsel dalam kegiatan webinar yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Ikatan Alumni Mahasiswa Makassar Indonesia (ILUMMI) beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Faried Fakmansyah mengungkapkan berbagai kebijakan yang bersifat fundamental yang mengubah wilayah Kalsel sebagai kandidat terkuat sebagai lumbung pangan nusantara.
“Obsesi Andi Amran Sulaiman sebagai menteri pertanian mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia sangat jelas arah dan programnya. Di antaranya, membangunkan salah satu kekuatan yang selama ini dibiarkan tertidur dan terlantar. Yakni, jutaan ha lahan rawa, didukung alat mekanisasi dan pelibatan generasi muda yang massif melalui Gerakan Pemuda Tani (Gempita),” tutur Faried.
Mengetahui adanya lahan rawa tidur seluas 34,1 juta ha membuat Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman bergerak cepat membuat program untuk membangunkan lahan rawa tidur yang ada di Indonesia dengan potensi maksimal.
“Tersebar di enam provinsi yakni Kalimantan Selatan (Kalsel), Kalimantan Tengah (Kalteng), Sumatera Selatan (Sumsel), Sulawesi Selatan (Sulsel), Jambi, dan Lampung,” kutip Faried.
Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) menjadi program yang diusung Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mencapai memaksimalkan potensi lahan rawa yang ada di Indonesia, menambah luasan produksi padi, dan meningkatkan kesejahteraan petani, ungkapnya.
Fokus kegiatan yang dilaksanakan pada Program SERASI ini meliputi perbaikan infrastruktur jaringan tata air, tanggul, jalan usaha tani, pintu air, pompanisasi, alsintan, dan saprodi serta escavator. Selain tanaman padi, pada program SERASI dikembangkan komoditas lainnya seperti ikan, ternak bebek, tanaman hortikultura sayuran dan jeruk, sehingga terdapat diversifikasi pendapatan petani.
”Dengan Program SERASI mampu menjadikan lahan rawa pasang surut sebagai lumbung pangan Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan petani,” paparnya.
“Sampai sekarang program Serasi (Selamatkan Rawa Selamatkan Petani) masih terus berlangsung hingga sekarang ini. Setiap hari tanam setiap hari panen,” ungkap Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan Gubernur Kalimantan Selatan ini.
Yang tidak kalah pentingnya, lanjut Faried, program bangunkan lahan rawa ini didukung oleh sumber daya anak muda yang direkrut melalui Gerakan Pemuda tani (Gempita). Puluhan ribu generasi muda Kalsel dengan bangga kembali bekerja di sektor pertanian. Mereka dilatih untuk mengoperasikan alat-alat mekanisasi guna menunjang program bangunkan rawa.
“Jutaan lahan rawa yang tertidur dan perhatian generasi muda yang tidak melirik potensi ini mampu dilembagakan dan dikolaborasikan secara tepat dan cepat oleh menteri Andi Amran Sulaiman kala itu,” imbuhnya.
Sebagai perbandingan data, swasembada era 1984, produksi beras nasional 25,8 juta ton, konsumsi beras nasional 27 juta ton per tahun, dan masih ada impor beras 414.000 ton untuk konsumsi penduduk 164 juta jiwa.
Sementara swasembada 2019, dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini 267 juta jiwa dan konsumsi beras secara nasional 32,4 juta ton per tahun, pemerintah mampu produksi beras nasional 34.9 juta ton dan tidak melakukan impor sepanjang tahun 2019. (rls)