POLMAN, SULBAR EXPRESS – Pasangan suami istri (pasutri) penyandang disabilitas, Zainudin (43) dan Kartini (39), warga Desa Pasiang, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), tinggal di rumah reot selama belasan tahun.
Zainudin harus berjuang di tengah kondisi kaki dan tangannya tak berfungsi normal. Sementara istrinya Kartin, kalau berjalan harus pakai tongkat.
Rumah reot Zainudin berukuran 5 x 7 meter itu, jaraknya sekira 1 kilometer dari Kantor Desa Pasiang.
Dindingnya terbuat dari papan yang kini sudah lapuk. Setiap dinding yang bocor, ditambal dengan terpal plastik bekas.
Atapnya berbahan daun rumbia yang sudah kering dilapisi plastik sana-sini agar tidak bocor saat hujan turun.
Terdapat belasan plastik bekas menambal atap rumahnya.
Pasutri penyandang disabilitas ini hidup bersama kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ZainudIn hanya mengandalkan upah dari jasanya sebagai tukang ojek. Penghasilannya pun tidak tetap. Kadang Rp 10.000 hingga Rp 30.000 sehari.
Zainuddin mengaku rumahnya sudah pernah dipantau sejak tiga tahun lalu, mulai dari kepala desa hingga Bupati Polman Andi Ibrahim Masdar.
“Kalau hujan turun masuk air ke rumah pak. Nahujaniki kasihan, meski sudah ditambal,. Bahkan pak Bbupati sudah pernah kesini lihat ini rumah,” ujar Zainudin saat ditemui di rumahnya, Rabu 10 Agustus 2022.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial Polman Azwar Jasin Sauru mengatakan, fasilitator kabupaten (faskab) program bedah rumah bekerja berdasarkan usulan yang masuk. Namun jika belum diusulkan dan di lapangan ditemukan langsung, maka akan menjadi prioritas program bedah rumah tahun depan.
“Semua di-SK-kan, jadi agak susah kami mengubah,” tuturnya. (ndi/ham)