MAKASSAR, SULBAR EXPRESS – Alumnus Fakutltas Pertanian Unhas angkatan 1988 yang juga Ketua IKA Universitas Hasanuddin, Dr Andi Amran Sulaiman, menunjukkan komitmennya untuk membantu almamater Unhas – tempatnya menimba ilmu – dengan memberiikan beasiswa bagi mahasiswa yatim-piatu, dan mahasiswa kurang mampu.
Di depan sebanyak 689 mahasiwa Pertanian yang mengikuti kuliah umum Menteri Pertanian di periode 2014-2019 Kabinet Jokowi itu Andi Amran melecut semangat belajar dengan menceritakan suka duka sebagai mahasiswa.
Dia pun berbagi lika-liku menjadi Sarjana Pertanian hingga dipercaya Jokowi menjadi Menteri Pertanian hingga akhir periode.
Ia pun berbagi lika-liku menjadi Sarjana Pertanian hingga dipercaya Jokowi menjadi Menteri Pertanian hingga akhir periode.
Diceriikatan bagaimana beratnya beban menjadi mahasiwa yang datang dari kampung di pedalaman Bone, tinggal di pondokan yang kumuh di tepi Kampus Tamalanrea, kadang makan, kadang harus puasa karena tanpa uang, serta kesulitan pembiayaan kuliah.
“Inovasi yang kami temukan sejak kuliah lalu diintenstifkan saat menjadi Sarjana Pertanian itu adalah inovasi Tiran atau Tikus Diracun Amran,” ucapnya di depan mahasiswa dan mendulang senyum dan decak kagum.
“Tiran awalnya tidak banyak yang lirik, tapi karena keuletan dan keyakinan bahwa inovasi ini akan dapat membantu petani, lebih efisien, maka Tiran jualah yang menghantar bisa eksis seperti saat ini,” ujar CEO Tiran Group pemilik AAS Building di Jantung Kota Makassar ini.
Cerita Andi Amran ini menyita perhatian mahasiswa baru, bagaimana Tiran menjadi pilihan petani dari Sabarng sampai Merauke. Mereka antusias mengikuti paparan dan kenangan Sang Menteri. Dekan Fakultas Pertanian Unhas, Prof Dr Salengke, M.Sc. terus menyungging senyum.
Dr Abdul Haris Bahrum yang hadir mendampingi Ketua IKA Unhas tersebut melihat mahasiswa bersemangat. “Momen yang luar biasa ini berhasil membuat mahasiswa Pertanian bangga apalagi ini merupakan Dies Natalis Unhas yang ke-66,” ucapnya, Kamis 18 Agustus 2022.
“Pak Ketua sukses memberikan motivasi bahwa menjadi mahasiswa adalah perjuangan, tantangan tidak mudah tetapi sepanjang punya mimpi besar, semangat baja dan pantang mundur, pasti berhasil,” tambahnya.
“Beliau berhasil menujukkan perjalanannya yang tak dianggap menjadi pahlawan pertanian, dari hero to zero. Perubahan yang nyata dan membanggakan itu puncaknya diperoleh setelah 15 tahun perjuangan,” pungkas Haris. (*)