AZAN Isya mulai menggema dari TOA Masjid Nurul Amin Kandemeng, Desa Batulaya, Kecamatan Tinambung, Polewali Mandar, Sabtu 20 Agustus, malam. Bersamaan sibuk-sibuknya warga menyiapkan acara malam ramah tamah HUT ke-77 Republik Indonesia tingkat Desa Batulaya di halaman kantor desa setempat.
Catatan:
M. Danial
Tetiba terdengar suara gaduh. Kebakaran. Saat kejadian mulai sekira pukul 19,27 Wita, angin sedang agak kencang. Tidak lebih dari satu jam, empat rumah hangus menjadi arang.
Menit-menit peristiwa duka itu diceritakan Dede Darmayanti, salah satu korban. Dede sedang sibuk di dapur bersama ibunya, Sukmawati membereskan masakan untuk pesta rakyat di kantor desa.
Ia menyiapkan kuliner tradisional ‘kanre santang (nasi uduk) beserta ikan toppa dan ayam. Selain itu, ubi goreng dan minuman pelengkap sarabba.
Tidak tanggung-tanggung, ia menyiapkan kanre santang disiapkan 15 liter dan dua belanga besar sarabba. Malam pesta rakyat yang sedianya gembira, berubah menjadi duka warga Kandemeng.
“Saya sedang beres-beres di dapur persiapan pesta rakyat. Ada kanre santang, ada ikan asin toppa’ sama ayam, ada sarabba. Awalnya saya tidak menghiraukan orang – orang berteriak api, api, karena pikiran saya mereka semua sibuk menyiapkan (sajian) pesta rakyat. Saya tersadar saat merasakan panas seperti di panggang. Saya melihat ke atas, Astaghfirullah api sudah melalap lantai rumah. Ya Tuhan, kebakaran,” kisah Dede, sambil menyeka air mata.
Dapurnya berada di lantai bawah rumahnya.
Sulung dari tiga bersaudara yang sudah ditinggal mati ayahnya, ditemui di rumah kerabatnya, Ahad 21 Agustus, siang.
Ia menjelaskan, saat kejadian saat fokus di dapur menyiapkan sajian pesta rakyat, karena berbagi tugas dengan ibunya.
Sang ibu berpesan agar jangan jauh dari dapur. Jangan sampai makanan persiapan pesta rakyat diseruduk kucing. Rupanya kucing di rumah Dede ganas-ganas, apalagi ada ikan asin toppa’. Dua adik Dede sedang di luar rumah.
“Ibu saya pesan jangan tinggalkan dapur, nanti ada kucing. Apalagi ada toppa’ di situ,” ungkap Dede, mencoba tertawa. Semua sudah terjadi.
Katanya, ia bersyukur sempat menyelamatkan ijazahnya yang tersimpan di bagian depan lantai bawah rumahnya. Gadis 27 tahun yang tercatat sebagai Tendik (tenaga pendidik) sukarela itu, kebetulan sejak beberapa terakhir sedang merampungkan berkas pendftaran PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).
Selain ijazah, tidak ada barang berharga lainnya yang bisa diselamatkan Dede dan keluarganya. Pakaian pun hanya yang melekat di badannya.
Ia menyatakan bersyukur bisa selamat dari amukan si jago merah bersama ibunya. Sempat juga menyelamatkan dokumen dan berkas-berkas penting miliknya.
Menurut Dede, seorang tetangganya yang sedang mengurus juga berkas lamaran PPPK, kabarnya semua berkasnya yang sudah disiapkan dengan susah payah habis dilalap api.
Kobaran api yang menghanguskan empat rumah di Jalan Pendidikan, Kandemeng diduga berawal dari hubungan arus pendek listrik salah satu rumah tepat di belakang Masjid Nurul Iman. Rumah tersebut, kabarnya sudah lama tidak berpenghuni.
Kobaran api dapat dikuasai berkat kerja keras masyarakat dan pengerahan enam unit mobil pemadam kebakaran. Empat rumah yang menjadi puing-puing arang dan abu. Rata dengan tanah.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Polman, empat rumah dikategorikan rusak berat, satu rusak ringan. Korban belasan orang dari tiga kepala keluarga. Sejak kejadian, mereka ditampung di rumah kerabatnya. BPBD mencatat kerugian material ditaksir sekira Rp250 Juta. Petugas kepolisian memasang police line pada area tempat kejadian perkara (TKP) sesaat kejadian. Duka warga Kandemeng membalut malam pesta rakyat. (*)