POLMAN, SULBAR EXPRESS – Polemik penyaluran Bantuan Langsung Tunai(BLT) BBM dan sembako Desa Barumbung, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polman, terus bergulir. Sebab penerima BLT diarahkan berbelanja pada kios tertentu.
Kios Wardha, tempat penerima BTL berbelanja, tidak hanya melayani penerima BLT Desa Barumbung, namun juga penerima BLT dari Kelurahan Matakali.
Catatan Kios Wardha menunjukkan, sebanyak 217 penerima BLT dari Desa Barumbung dan Kelurahan Matakali yang telah berbelanja. Mayorias membelanjakan uang BLT-nya sebesar Rp 300 ribu berupa beras 20 Kg, bawang merah dicampur bawang putih, serta satu ekor ayam potong.
“Penerima BLT yang belanja di kios ku, kami diberikan nota dan distempel. Kemudian diberikan kembali ke masing-masing penerima. Tidak sampai 200 penerima BLT Desa Barumbung, karena ada yang penerimanya sudah meninggal,” ujar Wardha, pemilik Kios Wardha saat ditemui, Rabu 14 September 2022.
Menurut Wardha, meski kiosnya berlokasi di Kelurahan Matakali, namun kiosnya terdaftar sebagai agen Brilink Desa Barumbung. Ia juga menampik jika dirinya disebut memberikan fee kepada pendamping PKH atau ketua kelompok penerima BLT.
“Tidak ada komisi kita kasih. Cuma cinnong-cinnong ate nabilang orang Mandar. Pembeli bensin ji senilai Rp 100 ribu atau Rp 200 ribu,” terangnya.
Selain itu, Wardha menyampaikan soal tudingan harga barang yang lebih mahal di kiosnya, menurutnya karena barangnya berkualitas sehingga harganya lebih tinggi.
“Harga begitu yang saya jualkan, kalau agak mahal kembali ke kualitas barang, karena bukan anak ayam saya jual tapi jumbo. Begitupun kualitas beras,” jelasnya.
Setelah mengetahui polemik penyaluran BLT ini, Wardha mengaku tidak mau lagi menerima belanja barang penerima BLT dari Kelurahan Matakali karena kiosnya terdaftar agen Brilink Desa Barumbung.
“Kedepan ini saya ambil dari Desa Barumbung saja. Jarena sebelum penerimaan BLT, datang ketua penerima ke kios ku, saya diminta untuk menyiapkan barang,” bebernya.
Sementara itu, Camat Matakali Rahmat Rasak, yang mendatangi Kantor Desa Barumbung merasa kecewa. Hal itu karena pihak desa tidak mengetahui 203 nama dan alamat penerima BLT BBM di wilayahnya.
Kata dia, terkait pembagian uang BLT di Kecamatan Matakali, tidak ada koordinasi ke pihak kecamatan.
“Bagaimana ini pihak desa juga tidak tahu nama-nama penerima, saya datang ke kantor desa karena beritanya viral. Dan saya kesini mencari tahu kebenarannya. Tapi Pak Desa, Sekdes dan pendamping PKH tidak ada di kantor,” kesalnya saat ditemui di kantor Desa Barumbung, Rabu 14 September 2022.
Terpisah, Penyuluh Sosial Desa Barumbung Asriani membantah jika dirinya mengarahkan penerima BLT berbelanja ke Kios Wardha. Sebab tugas pokoknya hanya sebagai penyuluh sosial masyarakat yang mendampingi penerima.
“Saya juga tidak tahu itu, kenapa sampai begitu. Karena rata-rata penerima BLT BBM juga penerima PKH. Adapun kalau ada dari oknum lain, mungkin informasi pendamping PKH kita bisa gali lebih dalam kesana yah,” ucapnya.
Di sisi lain, Pendamping PKH Desa Barumbung, Adam, juga membantah bila dirinya mengarahkan penerima BLT berbelanja ke Kios Wardha. Sebab dirinya tidak hadir saat pembagian uang BLT sebesar Rp 500 ribu per KK di Kantor Desa Barumbung.
“Ini hanya miss komunikasi pak. Itulah kemarin saya hanya koordinasinya ke ketua kelompok penerima melalui telepon. Saya hanya bilang, silahkan berbelanja ke e-warung seperti biasanya. Karena Kios Wardha ini merupakan e-warung baru menggantikan e-warung lama,” ungkapnya.
Dia menambahkan, Kios Wardha ditunjuk sebagai e-warung baru Matakali karena fasilitasnya memadai memiliki mesin gesek Brilink BRI.
“Karena e-warung Matakali lama itu bukan penjual barang, melainkan cuma tukang servis televisi,” pungkasnya. (ali)