MAKASSAR, SULBAR EXPRESS – Rombongan Komisi VII DPR RI yang dipimpin Andi Ridwan Wittiri meninjau lahan lahan tambang nikel PT Vale Inddonesia di Kabupaten Luwu Timur, Sulsel, Kamis 15 September 2022
Komisi yang membidangi energi dan sumber daya mineral ini diterima oleh Direktur Utama PT Vale Indonesia Febriany Eddy.
Dalam peninjauannya tersebut Komisi VII menemukan lambatnya proses pengelolaan lahan tambang yang sesuai izinnya seluas 118.000 hektar.
Salah satu anggota Komisi VII DPR RI dari fraksi PAN Nasril Bahar mempertanyakan luas lahan yang telah di garap oleh PT Vale Indonesia. Hal tersebut ia tanyakan setelah mendapatkan informasi mengenai lambatnya pengelolaan lahan tambang di lokasi tersebut.
“Saya tanya dari 118.000 hektar berapa yang telah dikerjakan vale selama 54 tahun, lalu dijawab oleh Vale hanya 6.000-7000 hektar saja, sehingga saya merasa pekerjaan Vale sangat lambat sehingga sudah sangat pantas kalau hanya mendapat izin mengelola seluas 25.000 hektar saja dan sisa lahan agar dikembalikan ke pemerintah,” kata Nasril di sela peninjauan.
Sementara anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Demokrat Rusda Mahmud juga menagih janji investasi pembangunan smelter senilai Rp 60 trilliun yang belum direalisasikan.
“Kita masih ingat betul kontrak karya tahun 2014 lalu, dimana PT Vale akan menginvestasikan pembangunan pabrik smelter senilai USD 4 milliar di wilayah Morowali Sulteng dan Pomalaa Sultra.” ucap Rusda Mahmud di hadapan Direktur Utama PT Vale Indonesia Febriany Eddy, Kamis 15 September 2022.
Untuk informasi, PT Vale mendapat pengelolaan konsesi seluas 118.017 hektar meliputi Sulsel (70.566 hektar), Sulteng (22.699 hektar) dan Sultra (24.752 hektar).
Diketahui PT Vale Indonesia menambang nikel laterit untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel dalam matte. Rata-rata volume produksi nikel per tahun mencapai 75.000 metrik ton.
Hingga tahun 2020, Pemerintah mencatat cadangan nikel di Indonesia mencapai 72 juta Ton Ni termasuk limonite. Jumlah tersebut merupakan 52 persen dari cadangan yang tercatat di dunia.
Salah satu pengelola terbesar cadangan nikel tersebut adalah PT Vale Indonesia Tbk. Salah satu area tambang utama Vale berada di Sorowako, Sulsel dengan total luas area tambang mencapai 70.566 hektar. (*)