MAMUJU, SULBAR EXPRESS – Pertumbuhan ekonomi Sulbar triwulan III 2022 tumbuh 3,39 persen dibanding triwulan III 2021. Beragam event besar menjadi salah satu penyokong.
Keterangan tersebut disampaikan Kordinator Fungsi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar M. La’bi dalam keterangan resminya, kemarin.
“Pertumbuhan ini dibangun oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang kita lakukan dalam perhitungan harga konstan dimana pada triwulan III 2021 kita memiliki angka PDRB senilai Rp 8,23 triliun kemudian meningkat pada triwulan III 2022 Rp 8,51 triliun. Itulah yang kita hitung pertumbuhan 3,39 persen,” kata La’bi, Senin 7 November 2022.
Peningkatan, kata dia, juga terjadi pada triwulan III 2022 terhadap triwulan II tahun ini. Tumbuh 0,10 persen.
Penyumbang pertumbuhan ekonomi triwulan III 2022, yaitu administrasi pemerintahan yang tumbuh 13,30 persen, transportasi dan pergudangan (10,02 persen) dan penyediaan akomodasi makan dan minum (9,96 persen).
Dia menambahkan, sektor penyokong utama pertumbuhan ekonomi Sulbar adalah banyaknya event berskala regional dan nasional yang digelar pemerintah daerah saat ini.
“Pertumbuhan juga karena Pemda gencar melakukan even, seperti Sandeq Race, Bazar UMKM juga termasuk Manakarra Fair,” terang La’bi.
Geliat Pemda dalam mendesain maupun menjemput event-event besar terbukti mampu meningkatkan transaksi perekonomian secara umum. Diantaranya, hunian hotel dan penginapan, penerbangan, serta usaha lainnya.
Dari berbagai event daerah maupun nasional di Sulbar telah menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Namun demikian, masih terdapat beberapa lapangan usaha yang mengalami kontraksi sehingga memperlambat laju pertumbuhan ekonomi daerah.
“Tiga kategori yang mengalami kontraksi memiliki andil dalam memperlambat pertumbuhan yaitu, konstruksi sebesar 5,30 persen, informasi dan komunikasi sebesar 3,85 persen serta pertambangan dan penggalian 6,90 persen,” beber La’bi
BPS Sulbar juga menerangkan perkembangan perekonomian di Pulau Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua).
Terdapat sepuluh provinsi yang mengalami pertumbuhan di wilayah Timur Indonesia. Maluku Utara menjadi daerah dengan pertumbuhan tertinggi, sebesar 24,85 persen.
“Sulawesi Barat menempati posisi terendah dari 10 provinsi di Sulampua dengan besaran 3,39 persen,” ujar Kordinator Fungsi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sulbar, M. La’bi.
Tingkat Pengangguran
Secara keseluruhan perekonomian Sulbar masih didominasi oleh kategori lapangan usaha yaitu, pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 43,44 persen. Diikuti oleh industri pengolahan 11,86 persen dan perdagangan sebesar 9,83 persen.
BPS juga merilis kondisi ketenagakerjaan di Sulbar. BPS mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2022 turun menjadi 2,34 persen.
Itu karena meningkatnya jumlah angkatan kerja sebanyak 749,45 ribu orang atau naik 40,70 ribu orang. Sejalan dengan penurunan jumlah angkatan kerja tingka partisipasi angkatan kerja (TPAK) juga naik sebesar 2,73 persen.
“TPT Sulbar Agustus 2022 sebesar 2,34 persen turun 0,79 persen, dibandingkan Agustus 2021,” ucapnya.
Melihat pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Sulbar, Sekertaris Daerah BAPPEDA Provinsi Sulbar, Darwis mengatakan hal itu merupakan sinyal positif.
“Memang target RPJMD Provinsi Sulbar, kita target diangka 7,0 meski begitu ada tiga komponen yang mengalami kontraksi walaupun sedikit yaitu pertambangan, konstruksi dan komunikasi,” kata Darwis.
Ia menjelaskan, tiga komponen yang mengalami kontraksi menajdi fenomena yang menunjukkan bahwa itu memiliki pengaruhnya cukup besar meskipun kontrasinya kecil.
“Coba semua tumbuh bersamaan kalau semua trennya naik kita bisa menyesuaikan. Sehingga kita masih butuh kerja keras hasil monitoring di Bappeda belum signifikan naik sesuai target,” ujarnya.
Sementara terkait angka tenaga kerja sudah cukup membanggakan sebab pihaknya menarget 2,23 persen.
“Sedikit lagi kita capai 2,34. Semoga fenomena yang ada terkait program padat karya memang digelontorkan untuk menjawab pengangguran terbuka. Tapi sayang, sensus dilakukan di akhir Agustus, karena di Agustus kita jarang gelontorkan karena proses perubahan APBD,” tandasnya.
Pertumbuhan Lapangan Usaha
Secara kumulatif ekonomi Indonesia selama 9 bulan terhitung Januari-September 2022 tumbuh sebesar 5,40 persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2021.
Secara tahunan, kata Kepala BPS RI Margo Yuwono, tren ekonomi Indonesia meningkat secara presisten selama empat kuartal di atas 5 persen.
“Ini menandakan bahwa ekonomi Indonesia terus berlanjut dan menunjukkan semakin menguat. Ini tentu capaian atau prestasi dari seluruh masyarakat Indonesia di tengah terpaan kondisi global yang tidak menentu, kita masih bisa menjaga pertumbuhan ekonomi bahkan trennya semakin menguat,” papar Margo.
Penopang ekonomi Indonesia, yaitu industri, pertambangan, pertanian, perdagangan dan konstruksi. Paling tinggi ditopang oleh industri yang mencapai 17,88 persen (yoy).
Menurut Margo seluruh sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan kecuali di jasa kesehatan. Dari grafik BPS menunjukkan data kesehatan pada kuartal III/2022 mengalami kontraksi sebesar 1,74 persen.
Adapun alasannya, karena pencairan dari insentif kesehatan itu kebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal III/2021 atau secara tahunan. Selain itu juga karena menurunnya insentif kesehatan baik secara tahunan dan kuartal.
Kemudian, lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi adalah transportasi dan pergudangan sebesar 25,81 persen. Lalu, akomodasi dan makanan minum tumbuh sebesar 17,83 persen.
“Seluruhnya didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat serta peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara,” tutur Margo.
Ia juga mengungkapkan bahwa ekonomi pada kuartal III tumbuh lebih lambat daripada kuartal II. Disebabkan faktor musiman.
Sebelumnya, BPS melaporkan perekonomian Indonesia pada kuartal III/2022 berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp 5.091,2 triliun. Sedangkan, PDB atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp 2.976,8 triliun.
Artinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 jika dibandingkan kuartal II/2022, tumbuh 1,81 persen. Atat tumbuh 5,72 persen dibanding kuartal III tahun lalu. (idr/chm)