MAJENE, SULBAR EXPRESS – Bank Indonesia (BI) mengurai potensi pertumbuhan ekonomi Sulbar di sisa tahun ini. Meski begitu, ancaman inflasi juga tetap membayangi.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulbar Hermanto bersyukur sejauh ini perekonomian menunjukkan tren positif. Pertumbuhan ekonomi Sulbar tercatat tumbuh 3,39.
“Meningkat dibandingkan sebelumnya, ini tentunya hal yang positif. Sejak covid kita mengalami pertumbuhan negatif, dan saat ini positif lagi,” papar Hermanto dalam forum terkait pengendalian inflasi daerah, di Majene, Rabu 9 November 2022.
BI Sulbar memerkirakan kondisi tersebut akan lebih baik di sisa tahun ini. Tentunya dengan sinergi dan kolaborasi seluruh stkeholder di daerah.
“Kita prediksi untuk Pertumbuhan Ekonomi Sulbar akan naik lebih tinggi dari 2021. Untuk 2022 ini kami perkirakan skitar 3 sampai 4 persen. Tahun lalu, 2,56 persen. Di list BPS kemarin sudah 3,39. Kami prediksi di triwulan IV lebih tinggi,” ujarnya.
Olehnya, Hermanto berharap inflasi daerah dapat dikendalikan agar berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi, terdorong naik.
“Untuk pengendalian inflasi November dan Desember, kami akan menggencarkan operasi pasar, dengan melibatkan seluruh Forkopimda dan dinas terkait,” terangnya.
Hermanto menambahkan, Sulbar mencatatkan pertumbuhan ekonomi membaik. Namun, masih menempati posisi enam terendah secara nasional dengan pertumbuhan ekonomi secara tahunan pada Oktober sebesar 5,26 persen.
Karenanya, pihak BI juga memprediksi, Sulbar dapat kembali mengalami inflasi jika tidak ditangani dengan serius. Alternatif jalan keluar harus dapat dimaksimalkan oleh seluruh pihak.
“Kami melihat tiga tahun terakhir kecenderungan kita mengalami inflasi di dua bulan itu November dan Desember. Jadi ada risiko mengalami kenaikan lagi,” tegas Hermanto.
BI Sulbar imbuh dia, juga rutin melakukan pemantauan harga pangan setiap pekannya. Sejauh ini, rata-rata masih stabil.
“Untuk komoditas pangan strategis seperti beras, daging, ayam beras, daging sapi, gula masih stabil. Hanya telur ayam beras yang mengalami kenaikan (harga),” jelasnya.
Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam menekan inflasi, seperti; cuaca; faktor hari besar keagamaan natal dan tahun baru; dampak lanjutan kenaikan BBM; juga pengaruh perang Rusia dan Ukraina.
Dana Transfer dan BTT
Kemarin, Penjabat Gubernur Sulbar Akmal Malik bersama Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulbar Hermanto membuka High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah se Sulbar di Majene.
Akmal Malik mengatakan permasalahan inflasi menjadi perhatian serius pemerintah apalagi Presiden telah mengeluarkan instruksi kepada seluruh daerah yang ditindaklanjuti Mendagri agar seluruh daerah melakukan langkah strategis penanganan inflasi.
“Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terkait penggunaan Dana Transfer Umum (DTU) dan Belanja Tidak Terduga (BTT),” kata Akmal Malik saat dikonfirmasi, Rabu 8 November 2022.
Dana tersebut bisa digunakan untuk menekan inflasi, melalui jaminan sosial kemudian perlindungan pekerjaan.
“Tetapi memang hasil evaluasi kita realisasinya memang masih rendah, rata-rata masih 8,5 persen dan itu nilainya bervariasi ada sekitar Rp 12 miliar, Rp 8 miliar tidak semua sama. Persoalannya memang ada di tata kelola. Ini menyebabkan terlambat,” ungkapnya.
Akmal mendorong pertemuan dapat menemukan jalan keluar terbaik untuk menghadapi ancaman inflasi akhir tahun mendatang.
“Kami berterimakasih kepada BI yang memberikan perhatian dan kolaborasi bersama untuk menekan inflasi,” imbuh dia.
Ia mengaku heran lantaran penyumbang inflasi Sulbar merupakan produk unggulan seperti beras, minyak dan cabai serta bawang. Padahal produk pangan tersebut mengalami surplus.
“Kita menduga beras itu keluar, sehingga soal penanganan inflasi kita akan fokus pada cabai dan transportasi,” kata Akmal.
Distribusi pangan menjadi kunci agar inflasi dapat ditekan. Daerah dengan pasokan lebih dapat menyuplai wilayah yang mengalami kekurangan.
Pemprov tambah Akmal, telah memerintahkan instansi terkait untuk melakukan pengadaan bibit di setiap kabupaten dengan tanaman potensial untuk mengantisipasi inflasi di Desember.
Dalam forum High Level Meeting, Bupati Majene, Andi Sukri Tammalele mengaku masih memiliki kendala dalam menghadapi tantangan perekonomian kedepannya.
“Untuk kondisi inflasi Majene tantangan terbesar adalah kabupaten Majene bukan penghasil pangan. Kecamatan Malunda dan (kecamatan) Sendana masih sebatas untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Majene belum mampu menopang ketersediaan pangan,” urai Sukri.
Ia pun berharap agar high level yang digelar menjadi langkah nyata dalam menghasilkan solusi konkrit dan komprehensif untuk pengendalian inflasi di seluruh wilayah Sulbar. (idr/chm)