FGD Diaspora Kampung Jawa di Polman Hasilkan Rekomendasi Hari Jadi

  • Bagikan

WONOMULYO, SULBAR EXPRESS – Pendopo Kecamatan Wonomulyo disesaki elemen yang terdiri dari tomas, pemuda, perempuan, akademisi, para mantan Camat Wonomulyo serta unsur kunci lainnya seperti Asisten I Pemkab Polewali Mandar (Polman) Dr. Agusnia Hasan Sulur.

Dua narasumber menjadi pemantik utama persamuhan diaspora ini. Dr. Abdul Rahman Hamid salah seorang sejarawan Mandar yang juga dosen sejarah di Unila, Lampung, dan Adi Arwan Alimin penulis buku Kampung Jawa di Tanah Mandar: Kronik Kedatangan Kolonis Mapilli

Puluhan stakeholder ini menggelar samuh Focus Gruop Discussion (FGD) bertajuk Eksistensi Diaspora Kampung Jawa. Acara berlangsung sejak tanggal 5 hingga 7 Desember 2022. Hari pertama diruapi materi histori menarik eksistensi awal kolonis Mapilli. Dr.

Rahman Hamid secara luas membincang aspek sejarah kolonisasi di Indonesia sementara Adi Arwan mengurai urgensi penulisan sejarah area bekas Distrik Mapilli ini.

FGD yang difasilitasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat ini mengusung tema menarik di atas untuk menjawab sejumlah ekspektasi warga Wonomulyo.

Ketua Panitia FGD, Ichsan Sahubuddin menyebut aspek kesejarahan Wonomulyo amat memikat sebagai kajian dan eksplorasi sejumlah hal progresif.

“Wonomulyo ini memiliki peran strategis sebagai kawasan ekonomi sejak lama. Dan, FGD ini telah menghasilkan beberapa rekomendasi antara lain, hari jadi Wonomulyo dan bagaimana dukungan kita semua agar daerah makin mandiri dan maju dalam pelayanan masyarakat. Ini amat strategis sebab ide hari jadi juga telah lama menjadi wacana warga,” ujar Ichsan Rabu 7 Desember 2022 via rilis.

Kawasan kolonis Mapilli yang mulai dirintis sejak 1 September 1937 ini mengalami perkembangan spektakuler di jazirah Mandar. Bekas tanah trans koloni itu lalu menjadi episentrum ekonomi sangat berpengaruh bagi Polman secara khusus dan kabupaten lain di sekitarnya.

Resume Asisten Residen Mandar W.J. Leyds yang pernah berkuasa di Mandar dari tahun 1935 hingga 1940 memberikan pemahaman baru mengenai eksistensi awal Kolonis Mapilli yang saat menjadi bagian tak terpisahkan dari Balanipa. Catatan yang ditinggalkan menjadi monumen primer bagi gagasan Hari Jadi Wonomulyo dalam sudut pandang administratif.

“Saya merekomendasikan hari jadi ini dimulai dari sumber catatan Leyds, agar kita tidak menetapkan hari jadi Wonomulyo nanti seolah menjadi jadi-jadian,” jelas Dr. Rahman sejarawan Mandar yang menulis buku  Jaringan Maritim Mandar.

Walau ia hadir daring via google meet dari Lampung, peserta memberinya aplaus berkali-kali. Sejarawan kelahiran Maluku itu serasa langsung amat padu bertemu warga di FGD ini.

“Istilah Wonomulyo dicetuskan oleh Wedana Raden Soeparman bersama tokoh-tokoh masyarakat Jawa ketika itu, setelah Achmad Lamo mantan Komandan Yon Andi Mattalatta bertugas di Mandar. Saat itu ia mengusulkan agar Wedana Soeparman memberi nama baru bagi kawasan yang mulai berkembang saat itu. Dua dekade kemudian Achmad Lamo menjadi Gubernur Sulawesi Selatan,” terang Adi Arwan penulis buku Kampung Jawa kelahiran Sidodadi ini. (*)

  • Bagikan