MAMUJU, SULBAR EXPRESS – Pemutaran Film di Mamuju telah menyelesaikan dua tahapan. Titik kedua, berlangsung pada Kamis malam, 22 Desember 2022 di Warkop Ngalo, Karema Mamuju, Sulbar.
Puluhan milenial dari berbagai elemen kepemudaan di Mamuju memadati area pemutaran film di Ngalo Rock Cafe. Suasana pun berlangsung riuh. Apalagi diselingi pemberian hadiah bagi para peserta yang mampu menjawab beberapa kuis singkat dari pihak penyelenggara.
Antusias para peserta juga tergambar dari banyaknya tanggapan maupun keinginan untuk terjun dalam dunia sinematografi. Apalagi, Komunitas Pitu Sinema membuka ruang bagi para generasi daerah yang berminat menggali serta mengembangkan bakat di dunia perfilman.
“Alhamdulillah ada beberapa peserta telah menyatakan keinginan untuk terlibat lebih jauh dan bersedia bergabung dengan komunitas sineas Mamuju, khususnya dengan Pitu Sinema,” ujar Direktur Pitu Sinema, Sadly Asis usai pemutaran film.
Pihaknya pun segera menyiapkan agenda lanjutan berupa kelas film hingga penggarapan film pendek yang akan dilaksanakan, sembari menuntaskan seluruh tahapan Workshop dan Pemutaran Film yang berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Salah satu film pendek yang ditayangkan, berjudul “Kita Beda”. Merupakan garapan sineas lokal Mamuju yang telah meraih apresiasi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui Festival Film Pemuda Kirab Pemuda Nusantara.
Film ini bercerita tentang perbedaan agama, budaya serta kepercayaan di Mamuju, Sulawesi Barat. Digarap dengan sumber daya seadanya secara swadaya namun mampu meraih apresiasi dan tentunya telah turut mengangkat nama daerah.
Abdi Latief, salah satu pemeran dalam “Kita Beda” menuturkan bahwa pembuatan film berlangsung di di Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju. Menggambarkan bahwa daerah ini dapat tetap bersatu dalam keberagaman.
“Dari sini kita ingin menyampaikan pesan, bahwa ketika negeri ini dalam beberapa tahun terakhir ribut pada persoalan intoleransi, di Mamuju, telah lama akur dengan perbedaan, baik perbedaan kepercayaan maupun pebedaan suku dan kebiasaan,” sebut Abdi. (chm)