BELASAN murid mengikuti proses belajar sambil melantai di ruang UKS (usaha kesehatan sekolah). Belasan lainnya di ruang perpustakaan dan perumahan guru. Tiga ruangan tersebut terpaksa difungsikan sebagai ruangan darurat kelas I, II, dan III SDN 045 Salarri, Kecamatan Limboro, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Ruang kelas mereka hangus akibat kebakaran, Ahad 15 Januari lalu.
Catatan:
M. Danial
Polewali Mandar
Mereka yang belajar di ruang darurat sebagian besar terpaksa melantai alias tanpa kursi. Hanya beberapa murid yang menggunakan meja. Kondisi tersebut cukup mempengaruhi kenyamanan murid mengikuti pelajaran. Mereka sulit konsentrasi karena kelelahan, bahkan kesakitan lantaran membungkuk dalam waktu cukup lama. Murid kelas lainnya tetap menempati ruang kelas yang kondisinya memprihatinkan juga karena plafon ruangan terbuka dari atas.
Kepala SDN 045 Salarri, Darwis mengatakan penggunaan ruang UKS, perpustakaan dan rumah guru sebagai ruang belajar, merupakan jalan terbaik untuk kelancaran proses belajar muridnya. Mereka terpaksa melantai karena ruangan kelas I, II, dan III kebakaran beserta semua mobiler di dalamnya.
“Kami terpaksa menggunakan ruang UKS, perpustakaan dan rumah guru sebagai ruangan darurat agar proses belajar tetap berjalan. Ini jalan satu-satunya yang bisa kami lakukan, murid terpaksa melantai karena tiga ruangan hangus beserta semua mobiler di dalamnya,” jelas Darwis, Selasa 17 Januari.
SDN 045 Salarri memiliki 126 murid yang dibina 4 guru PNS dan dua guru tidak tetap (PTT). Jumlah murid setiap kelas rata-rata 20 orang.
Darwis menyadari ketidaknyamanan murid kelas I, II, dan III yang melantai mengikuti proses belajar. Karena itulah, durasi waktu belajarnya dikurangi agar tidak terlalu kelelahan.
Menurut Darwis, peristiwa kebakaran di sekolahnya pada Ahad siang telah dilaporkan kepada polisi untuk dilakukan penyelidikan. Ia mengaku belum mengetahui penyebab kebakaran tersebut, apalagi peristiwa terjadi pada hari libur. Di sekolah tersebut tidak ada juga sambungan listrik yang biasa diduga sebagai sumber api.
“Saya sudah laporkan ke polisi untuk menyelidiki penyebab kebakaran, kita juga heran kenapa bisa terjadi (kebakaran) karena di sini belum ada listrik. Kejadiannya juga hari Minggu, tidak ada orang di sekolah,” tutur Darwis. Ia mengetahui kebakaran terjadi di sekolahnya saat dirinya berada di luar desa.
Tiga ruang kelas SDN 045 Salarri yang terbakar, satu ruangan bangunan tahun 2019 dan dua ruangan tahun 2015. Sedangkan tiga ruangan lain yang terpisah, merupakan bangunan tahun 2007 yang kondisinya memlrihatinkan juga. Kayu dan dinding dari papan sudah lapuk. Langit-langit atau plafon ruangan yang menggunakan anyaman pelepah rumbia sudah berjatuhan pula.
“Sudah lama kondisinya seperti itu, memprihatinkan,” ungkap Darwis. Kerusakan tiga ruangan bangunan 2007 sudah berulang kali dilaporkan dengan harapan mendapat perhatian.
Kita pun berharap semoga sarana dan prasarana belajar sekolah yang jauh dari perkotaan menjadi perhatian pemerintah, agar anak-anak perdesaan merasakan juga kenyamanan sebagaimana yang bermukim di perkotaan. (*)