BALIKPAPAN, SULBAR EXPRESS – Perahu Sandeq yang ikut di Nusantara Sail 2023, diapresiasi pelaut internasional yang juga ikut event tersebut.
Senin 25 September, enam pelaut dari Australia dan Afrika Selatan merasakan sensai berlayar di atas perahu legendaris dari Sulbar di Teluk Balikpapan, Kaltim.
“Yang ikut ada satu keluarga, suami istri dan dua anak perempuannya. Dan ada juga sepasang suami istri paruh baya. Ada tiga sandeq yang di atasnya masing-masing dua orang pelaut intenasional. Mereka sangat gembira dan antusias,” kata Muhammad Ridwan Alimuddin, Koordinator Pelayaran Sandeq di Nusantara Sail 2023.
“Ada satu perempuan yang saya pertama kali ketemu di Miri, Malaysia, tiga bulan lalu. Namanya Michellel. Waktu itu saya dan Yayasan Ayo Berlayar Indonesia ke sana untuk mempromosikan rencana Nusantara Sail ke pelaut-pelaut internasional yang sedang mengikut pelayaran jarak jauh,” lanjut Ridwan.
“Waktu itu mereka singgah di salah satu marina di Malaysia Timur. Nah saya mempresentasikan sandeq ke puluhan pelaut-pelaut asing. Salah satunya Michellel dan suaminya, Sean Hamilton, yang tertarik ikut untuk kemudian merasakan langsung perahu warisan Austronesia,” cerita Ridwan.
“Saya sangat mengapresiasi. Sandeq sangat cepat dan pelautnya sangat pemberani. Perahu ini yang hampir semuanya menggunakan bahan organik, cukup hebat,” kesan Michelle.
Shannon dan putrinya Kristen Kim berlayar di sandeq Cari Selamat yang dinakhodai Pua Kera. Di atasnya ikut serta Nasaruddin, panitia pendamping.
“Sandeq mendunia lewat Nusantara Sail 2023. Saya cukup bangga bisa menemani pelaut asing dari Afrika Selatan melayarkan sandeq di teluk Balikpapan. Mereka mencoba mengemudi, menarik baya-baya, dan mattimbang. Mereka sangat kagum dengan kecepatan sandeq terutama bagian-bagian yang terbuat dari bahan kayu dengan teknologi tradisional,” kata Nasaruddin, pemuda dari Rangas, Majene yang juga aktif dalam upaya pelestarian perahu sandeq.
Kristen Kim yang masih sangat belia juga sangat senang. Dia ikut mempraktekkan cara mengguling dan mattimbang. “Dia gembira sekali, dia coba semua,” tambah Nasaruddin.
Shannon dan Michelle berlayar menggunakan perahu katamaran bernama Bob Cat. Mereka membawa serta tiga putrinya.
Barbara Elise dan suaminya, Timothy James juga demikian. Dia berlayar dari Australia dengan yacht bernama La Boheme. Sempat singgah di Teluk Pamboang dan Pulau Sabakkatang sebelum ke Balikpapan untuk mengikuti Nusantara Sail.
“Kami sangat senang berlayar dengan perahu sandeq. Sejak awal, waktu kami lihat berlayar ke Pulau Balang, sudah penasaran dengan perahu sandeq,” katanya.
Ilham, panitia pendamping di atas sandeq Palippis Indah agak kebingungan menemani pelaut internasional. Soalnya tidak bisa bahasa Inggris.
“Mereka salut dengan kerja sama tim di sandeq, sekalipun para pelaut kita menggunakan bahasa Mandar dan saya sebagai pendamping juga tidak bisa berbahasa Inggris namun untuk menyambung komunikasi saya menggunakan google translate Indonesia – Inggris jika bertanya bagian-bagian perahu. Intinya mereka sangat senang dan adalah pengalaman berharga berlayar dengan sandeq,” kata Ilham.
Cerita senada disampaikan panitia pendamping, Aswar, pemuda dari Sabang Subik kuliah di STAIN Majene. Dia menceritakan bahwa dirinya sempat ragu dan tidak percaya diri akhirnya.
“Saya memberanikan diri untuk memandu mereka, Shannon dan Nina, begitu mereka memperkanal diri kepada saya, hingga kami bergegas menaiki kapal Sandeq bernama Dewa Ruci. Setelah lima menit di atas perahu tidak ada percakapan diantara kami, mata mereka hanya fokus mengarah ke semua sisi bagian kapal terutama di bagian palatto. Saya yang dari tadi sibuk bergulat dengan Google Translate, dengan perasaan agak ragu akhirnya memulai percakapan “Mister, do you want to try”, dengan sigap dan semangat ia menjawab “Yes of course” dan langsung meminta tali penyeimbang lalu berjalan ke arah bagian cadik/palatto,” cerita Aswar.
“Karena ada banyak hal yang ingin ia tanyakan akhirnya kami mengandalkan Google Translate untuk melanjutkan komunikasi. Agar lebih efisien, mereka bertanya soal di mana para pelaut tidur, di mana mereka memasak, di mana mereka harus menyimpan air bersih, bagaimana cara mereka membaca alam dan mengetahui lokasi tanpa peta, sambil dipandu oleh pelaut Mandar. Mereka sangat kagum meski penjelasan seadanya,” tambah Aswar.
Pelayar-pelayar sandeq di Cari Selamat, Dewa Ruci, Buah Kurma, Palippis Indah dan Bintang Laut cukup lincah dalam melayarkan sandeq. Angin bertiup ideal, membuat tarian sandeq di Teluk Balikpapan memukau mata masyarakat Balikpapan yang menyaksikan. Salah satunya polisi yang ikut memantau orang asing atau pelaut internasional.
“Jago betul ini pelaut-pelaut Mandar, berlayar jauh. Perahu sandeqnya cukup cantik,” kata anggota kepolisian yang juga ikut bertugas saat sandeq datang tahun lalu di Festival Sandeq IKN 2022.
Sandeq berlayar lincah di sela-sela kapal besi yang berlabuh di Teluk Balikpapan.
Sekedar catatan, Nusantar Sail diikuti pelaut internasional berkewarganegaraan Afrika Selatan, Australia, Filipina, Amerika Serikat, Jerman dan Norwegia. Adapun pelaut nusantara berasal dari Sulsel dan Sulbar. (*)