POLMAN, SULBAR EXPRESS – Nur Hanifa (11), siswa kelas VI SDN 004 Polewali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulbar, terpaksa merelakan waktu bermain dengan teman sebayanya. Itu demi merawat ayahnya Sudirman (42) yang lumpuh karena sakit kronis.
Saat jam istirahat sekolah, Nur Hanifa meminta izin ke wali kelasnya untuk pulang ke rumah. Saat diizinkan, ia kemudian berlari bergegas ke rumahnya untuk memasak nasi lalu menyuapi ayahnya yang terbaring lumpuh karena sakit.
Beberapa bulan belakangan anak pertama dari Sudirman, warga Kelurahan Wattang Kecamatan Polewali ini, membagi waktunya untuk sekolah dan merawat ayahnya yang sakit sejak setahun terakhir.
Nur Hanifa kadang berlari ke rumahnya saat jam istirahat berbunyi, hal itu ia agar tak tertinggal jam pelajaran berikutnya saat kembali lagi ke sekolah usai waktu keluar main telah habis.
Sudirman, ayah Nur Hanifa, hanya bisa duduk di kursi roda ditemani dua adik kandung Hanifa yang masih nalita. Aktifitas ini menjadi rutinitas Hanifa sejak beberapa bulan terakhir, karena Ibu kandungnya sudah meninggalkan rumah sejak ayahnya menderita sakit dan tak dapat bekerja lagi.
Paman Nur Hanifa, Syamsir menuturkan, bila dirinya terkadang meneteskan air mata bila melihat kondisi adiknya yang sakit. Adiknya yang merupakan ayah Nur Hanifa sudah tak berdaya lagi sejak sakit, sehingga ponakannya yang masih sekolah terpaksa harus bolak-balik dari sekolah ke rumahnya untuk memberi makan ayah dan kedua adiknya.
“Kadang saya meneteskan air mata karena tidak bisa membantu adik dan ponakan saya,” jelasnya, saat ditemui Jumat 8 Desember 2023.
Menurut Syamsir, ponakannya Nur Hanifa merupakan tipikal anak yang pantang menyerah dengan ketiadaan. Sejak ayahnya sakit, Nur Hanifa berangkat ke sekolah tanpa uang jajan dan hanya makan nasi putih tanpa lauk saja agar bisa bertahan di sekolah.
“Sebelum berangkat ke sekolah kadang minta uang jajan sama neneknya, tapi neneknya juga tidak punya uang, tapi anak ini bilang biar makan nasi saja,” tuturnya.
Syamsir pun tak bisa berbuat apa-apa membantu ponakannya, karena dirinya hanya bekerja serabutan sebagai buruh bangunan yang dua bulan belum mendapatkan kerjaan.
“Untung ada bantuan beras PKH, itulah yang saya bagi dua ke adik saya. Kadang saya terpaksa menghindar ketika mendengar anak ini minta uang ke neneknya, saya merasa sedih karena tidak ada yang bisa di diberikan sama sekali,” ujarnya.
Syamsir mengungkapkan setahun terakhir adiknya, Sudirman, sudah bolak-balik masuk ke rumah sakit, dan setiap kali masuk ke RS harus menyiapkan uang Rp 300.000 untuk uang jaminan darah pasien di Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Polewali.
“Kalau masuk rumah sakit, kita biasa pinjam uang ke tetangga, karena biasa tiga kali masuk rumah sakit dalam satu bulan dan setiap kali masuk rumah sakit itu pasti butuh darah,” terangnya.
Nur Hanifa sendiri mengaku merasa senang bisa membantu ayahnya yang terbaring lemah, hal itu ia lakukan demi baktinya kepada ayahnya tercinta. “Semoga ayah cepat sembuh seperti dulu, dan saya bisa lanjutkan cita-cita saya jadi bidan, ” jelasnya saat ditemui di rumah neneknya di gang sempit Jl. Kemakmuran, Kelurahan Wattang, Polewali.
Kisah perjuangan Nur Hanifa merawat ayahnya, sampai juga ke telinga Ketua Baznas Polman Nurrahman. Ia beserta rombongan ia pun meluncur ke rumah Nur Hanifa.
Setibanya di sana, Ketua Baznas Polman menyerahkan bantuan berupa paket sembako berupa beras, mie instan dan juga uang tunai.
“Sebagai garda terdepan permasalahan sosial, Baznas adalah wadah yang mengumpulkan zakat dari donatur kemudian diserahkan ke warga muslim yang membutuhkan,” tandasnya.
Nurrahman berharap dapat terus diberi kesehatan agar dapat membantu masyarakat yang membutuhkan uluran tangan.
“Semoga Nur Hanifa dapat terus merawat ayahnya dan tetap fokus belajar agar dapat menggapai cita-cita nya,” harapnya. (ali)