MAMUJU, SULBAR EXPRESS – Meski terjadi penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Mamuju, namun dirasakan belum begitu optimal untuk segera keluar dari persoalan tersebut.
Berdasarkan data Studi Kasus Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting di Kabupaten Namuju tercatat 33,84, telah menurun di tahun 2023 menjadi 32,78.
Menyikapi hal tersebut, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mamuju Dewi Sundari mengatakan, sesungguhnya upaya penanganan stunting telah dioptimallan melalui pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang melibatkan hampir semua komponen yang terkait dengan penanganan stunting dari hulu ke hilir.
Tantangannya, sejumlah kompoenen dalam TPPS dimaksud, belum begitu maksimal dalam mendorong upaya terintegrasi. Sehingga masih terdapat ruang yang membuat penanganan stunting jadi kurang maksimal.
Ia mencontohkan, kunjungan masyarakat yang membawa balita ke posyandu masih terbilang kurang. Sehingga jumlah balita yang ditimbang dan diukur juga tidak dapat menjadi acuan menyeluruh terhadap jumlah anak yang sehat ataupun mengalami potensi stunting.
Hal ini salah satunya membutuhkan peran dari aparat pemerintahan di tingkat desa yang merupakan tingkatan pemerintahan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Semestinya, kata Dewi, aparat desa dapat lebih aktif dan mengajak masyarakat untuk datang ke posyandu sehingga persentase balita diukur maupun ditimbang dapat lebih valid dan mencapai persentase maksimal.
Jika hal tersebut dapat dilakukan, maka kondisi real tentang data stunting dapat lebih objektif dan memenuhi persentase maksimal, sehingga intervensi secara dini bisa dilakukan atau menekan munculnya stunting baru. (*)