BONE, SULBAR EXPRESS – Setelah mengunjungi beberapa kabupaten, Pemprov Sulbar mengakhiri Studi Karya Ilmiah di Kabupaten Bone, Sulsel, Sabtu 3 Agustus 2024.
Kunjungan tersebut berlangsung di lokasi budidaya kepiting payau di Desa Pallime, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Bone. Ikut bersama Pj Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin yakni Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulbar Suyuti Marzuki, serta Asisten III Bidang Adminiatrasi Umum Amujib, dan Kadis Sosial Sulbar Abdul Wahab.
Di Cendrana setidaknya ada lima desa yang warganya fokus pada budidaya kepiting payau. Lokasi mereka umumnnya di tepi Sungai Walanae yang melintasi Kabupaten Bone dan Soppeng. Untuk sampai ke lokasi budidaya tersebut, harus menggunakan katinting dengan waktu tempuh kisaran 25 menit.
Menurut Bahtiar, kedatangan mereka di lokasi tersebut untuk bertemu dengan para warga yang berprofesi sebagai pembudidaya kepiting. Mendengarkan pengalaman mereka dan penghasilannya.
Bukan apanya, lanjut Bahtiar, daerah yang sedang dipimpinnya memiliki lahan mangrove yang cukup luas. Bahkan menurut Kadis Kelautan dan Perikanan Sulbar Suyuti Marzuki, jumlah lahan yang ditumbuhi bakau di Sulbar dalam ekosistem mangrove seluas 3.324 hektare terdiri dari 527 hektare di dalam kawasan hutan dan 2.797 hektare di luar kawasan hutan.
Walaupun memiliki lahan yang luas, namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh warga Sulbar. Untuk itulah melalui DKP Sulbar akan mendorong lahan tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Pentingnya pemanfaatan kawasan mangrove di Sulbar akan dimanfaatkan oleh nelayan pada musim hujan. Bahtiar menyampaikan jika pada musim hujan maka nelayan Sulbar tidak bisa beraktivitas untuk mencari ikan di laut lepas. Sehingga memanfaatkan kawasan mangrove untuk memelihara kepiting bayau adalah solusi yang tepat bagi nelayan.
Sementara itu Suyuti Marzuki mengatakan, pihaknya telah mendata kawasan manggrove yang akan digunakan untuk melepas kepiting payau yang didapatkan dari kawasan budidaya kepiting payau di Bone.
“Ini saya telah membawa kepiting bakau dari Bone. Lumayan untuk memulai pemanfaatan kawasan mangrove di Sulbar,” ungkap Suyuti.
Lebih lanjut, kata Suyuti, lsepulang dari Bone, pihaknya akan mendata kawasan yang akan digunakan untuk melepas kepiting payau. Atas arahan Pj Gubernur Sulbar, dalam waktu dekat ini dirinya akan melepas secara besar besaran kepiting payau di Sulbar.
“Ini dalam jumlah banyak. Supaya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Ini selalu menjadi perhatian Pj Gubernur. Insya Allah, melalui pengalaman pengalaman spesifik di sini akan kami kembangkan di Sulbar,” paparnya.
Karena, lanjut Suyuti, secara geografis memiliki kemiripan dengan Sulbar. Panjang pantai 612 Km, sementara sekitar 300 K. adalah kawasan manggrove. “Kita akan tebar bibit kepiting bakau. Mudah mudahan program Pj Gubernur ini dapat menjawab ketahanan pangan di Indonesia,” sebut Suyuti.
Seperti diketahui kepiting bakau adalah salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi sebagai penyangga kehidupan masyarakat terutama bagi nelayan skala kecil.
Menurut, Suyuti, ekosistem mangrove merupakan peran penting sebagai habitat utama bagi kepiting bakau. Selain dapat mempercepat masa panen kepiting juga dapat berkembang lebih cepat dan banyak.
“Dan di Sulbar adalah surga bagi kepiting bakau,” ucapnya. (*)