MAMUJU, SULBAR EXPRESS – Pemprov Sulbar melakukan launching roadmap Penanganan Stunting Terpadu (Pastipadu), Kamis 19 September 2024.
Kegiatan dengan tema: Posyandu Aktif dan Berkualitas untuk Stop Stunting Baru di Provinsi Sulbar. Hadir sejumlah pimpinan instansi/lembaga vertikal se Sulbar.
Kepala Badan Perencanaan dan Riset Pembangunan Daerah (Bapperinda) Sulbar Junda Maulana menyampaikan, stunting menjadi masalah serius di sejumlah daerah di Sulbar. Pada tahun 2022 angka prevalensi stunting naik menjadi 35,0%, dan berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 angka prevalensi stunting turun menjadi 30,3 %.
Permasalahan lain, perkawinan 11,25 persen, angka kematian ibu hamil dan menyusui masih banyak anemia dan kekurangan energi kronis, reproduksi remaja, pasangan usia subur belum sepenuhnya berpartisipasi dalam program KB, termasuk akses sanitasi.
Untuk itu, kata Junda, diperlukan langkah strategis untuk mempercepat penanganan stunting sehingga dapat mencapai target nasional, 14 persen. Maka dibuatlah Roadmap Pastipadu. Ini diharapkan dapat menjadi panduan menurunkan stunting di Sulbar secara signifikan.
“Atas permasalahan ini diperlukan langkah strategis sehingga roadmap ini menjadi peta jalan mengintegrasikan berbagai program dan upaya yang ada untuk memutus mata rantai stunting,” kata Junda.
Disampaikan pula terima kasih atas dukungan penuh dari TP PKK Sulbar sehingga Pasripadu dapat hadir di tengah-tengah masyarakat.
Pj Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin menilai Roadmap Pastipadu merupakan proyek perubahan terbaik yang dilakukan Bapperinda Sulbar.
“Saya Dirjen Kemendagri, saya pernah membuat inovasi, tapi ini super keren karena ilmiah metodologi, implementatif dan analisis dan memiliki nilai kemanfaatan baik internal dan eksternal. Proyek perubahan itu harus seperti itu. Metodologis, realistis untuk bisa dilaksanakan, tahapan jelas dan dampaknya juga jelas,” kata Bahtiar Baharuddin.
Menurut Bahtiar, tidak mudah mengurusi stunting di Sulbar. Dia mengaku saat mulai bertugas di Sulbar langsung melakukan pemetaan beberapa tantangan dalam penanganan stunting. Mulai dari tantangan alam yang banyak pegunungan dan pulau-pulau kecil yang sulit diakses, persebaran penduduk yang berada pada wilayah yang secara ilmiah tidak layak jadi permukiman, ketersediaan sumber gizi dan makanan yang belum memadai, pola pikir serta anggaran yang terbatas.
Tantangan lainnya adalah metode penanganan yang masih semrawut. Diibaratkan melakukan perang, banyak yang melakukan pekerjaan dengan arah masing-masing. Dan masing-masing menggunakan ketersediaan amunisi. Akibatnya peluru habis ditembakkan tetapi masih menyisakan banyak sasaran.
Olehnya, melalui roadmap Pastipadu yang diluncurkan diharapkan dapat menyatukan frekuensi agar berangkat dari tempat yang sama memerangi stunting, yaitu menjadikan posyandu sebagai basis perang.
“Kita harus menembak/berperang dari Posyandu. Komandonya ada di posyandu. Titik, kalau ini sudah sepakat, sudah. Semua berangkat dari Posyandu, logistik, SDM, peralatan dan lainnya, metodenya sudah bisa kita jalankan. Posyandu menjadi basis perang. Jangan lagi berangkat dari tempat lain,” kata Bahtiar
Selain itu Bahtiar juga menekankan agar dalam perang terhadap stunting memiliki misi bukan menurunkan stunting, tetapi menghilangkan stunting.
Upaya lainnya, Bahtiar berharap setiap kabupaten konsen untuk menyiapkan sumber makanan bergizi, melipatgandakan produksi makanan bergizi, Kuncinya menyentuh pada tiga hal yaitu perkuat sektor kelautan perikanan, perkuat pertanian perkebunan, dan perkuat Peternakan
“Inilah menjadi sumber makanan bergizi bagi masyarakat. Ini masalah esensi yang harus kita kerjakan bersama dan tentunya memerlukan kebijakan politik anggaran, jika tidak masalah kita tidak bisa selesai,” tutup Bahtiar. (*)