Oleh: Muhammad Ramdan
PEMATANG SIANTAR, SULBAR EXPRESS – “Tinju tak lagi hanya soal adu fisik” dibuktikan di Pematang Siantar, tempat penyelenggaraan pertandingan cabang olahraga Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024.
Di Indonesia, olahraga tinju tengah berupaya mengubah citranya, dari cabang yang kerap diwarnai kericuhan, menjadi ajang yang menjunjung tinggi sportivitas dan profesionalisme.
Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara menjadi saksi perubahan besar ini. Perhelatan cabang olahraga tinju ajang multievent ini dikelola dengan atmosfer yang lebih tertib dan penuh disiplin di setiap pertandingannya.
Berkaca dari pengalaman PON sebelumnya, cabang olahraga tinju pernah identik dengan kerusuhan, terutama akibat ketidakpuasan terhadap hasil pertandingan.
Misalnya, pada PON XVIII di Riau tahun 2012, insiden kerusuhan terjadi ketika penonton yang tidak puas dengan hasil pertandingan bertindak tidak terpuji. Empat tahun kemudian, di PON XIX Jawa Barat 2016, kericuhan serupa kembali terjadi.
Peralatan pertandingan dirusak, termasuk penghitung skor dan CCTV. Hal ini makin memperkuat stigma bahwa tinju adalah olahraga yang penuh keributan.
Tidak berhenti di situ, PON XX Papua pada 2021 kembali mencatat adanya kerusuhan di arena tinju.
Ketidakpuasan terhadap keputusan juri kerap kali menjadi alasan utama terjadinya kekacauan. Akibatnya, tinju dianggap sebagai cabang olahraga yang sulit lepas dari masalah.
Situasi di PON 2024 memperlihatkan adanya perubahan positif. Dipilihnya Pematang Siantar, sebuah kota yang dikenal memiliki tradisi tinju yang kuat, menjadi salah satu kunci perubahan tersebut. Berkat sejarah panjangnya dalam melahirkan petinju berbakat, kota ini tidak hanya menjadi tuan rumah yang ideal, tetapi juga menjadi titik balik dari perubahan.
Di sini, tinju Indonesia mulai menapaki jalur baru menuju arah yang lebih profesional dan menjunjung tinggi sportivitas.
Sejak awal kompetisi, pertandingan berlangsung dengan lebih tertib. Meskipun masih ada protes, tidak ada lagi insiden kekerasan fisik atau pelemparan kursi seperti pada PON-PON sebelumnya. Hal ini sekaligus mencerminkan kematangan para atlet dan penonton dalam menyikapi hasil pertandingan.
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Komaruddin Simanjuntak menjadi salah satu tokoh yang berperan besar dalam menjaga ketertiban tersebut.
Kehadirannya di arena, serta sikap tegasnya, menjadi faktor penting dalam menjaga suasana tetap kondusif.
Setiap kali situasi mulai memanas, Komaruddin yang merupakan putra kelahiran Pematang Siantar dengan sigap naik ke ring dan menenangkan suasana.
“Tidak ada lagi keributan, tidak ada lagi protes dengan cara-cara yang tidak terpuji. Ini kebanggaan saya,” ujar Komaruddin kepada ANTARA di sela laga final tinju PON 2024, Kamis (19/9) malam.
Komaruddin berharap PON 2024 bisa menjadi awal dari perubahan citra tinju Indonesia, menuju olahraga yang lebih profesional dan menjunjung sportivitas tinggi, sehingga dapat bersaing di tingkat internasional.
Dari segi penyelenggaraan, cabang olahraga tinju di PON 2024 juga layak mendapat apresiasi. Tanpa melebih-lebihkan, berkaca dari pengalaman sepanjang meliput pesta olahraga terbesar di Indonesia, memang kali ini pertandingan cabang olahraga tinju berbeda dengan PON-PON sebelumnya.
Meskipun sempat terjadi perubahan venue dari GOR Pematangsiantar ke Aula Universitas HKBP Nommensen karena alasan kelayakan gedung, hal ini tidak mengganggu jalannya pertandingan.
Semua berjalan lancar, dengan penerapan standar internasional.
Muhammad Arisa Putra Pohan, atau yang biasa disapa Boy Pohan, bertindak sebagai Technical Delegate cabang olahraga tinju di PON 2024.
Sebagai wasit tinju bintang tiga yang sudah berpengalaman di berbagai ajang internasional seperti Olimpiade Tokyo 2020 dan Paris 2024, Boy Pohan memastikan pertandingan pada pesta olahraga terbesar di Indonesia edisi ke-21 ini berlangsung adil dan transparan.
Penggunaan sistem penilaian digital, VAR, serta CCTV di empat sudut ring, menjadi upaya untuk menjamin keadilan dan menghindari keributan yang sering dipicu oleh ketidakpuasan terhadap penilaian juri.
Berbagai terobosan yang dilakukan tersebut tentunya akan berdampak pula pada pembinaan terhadap petinju muda. Menurut Komaruddin, dari 40 petinju yang masuk final PON 2024, banyak talenta muda berbakat yang muncul.
“Ini menjadi potensi besar untuk masa depan tinju Indonesia,” kata Komaruddin.
Ia juga menegaskan hasil PON 2024 ini akan menjadi dasar seleksi untuk ajang internasional seperti SEA Games, ASEAN Games, hingga puncaknya di Olimpiade.
Tidak hanya soal regenerasi petinju, Komaruddin dan Boy Pohan juga sepakat akan pentingnya regenerasi wasit.
Saat ini, Indonesia memiliki beberapa wasit tinju berlisensi internasional. Selain Boy Pohan, sebelumnya ada Hermanto Ginting yang sudah mencapai lisensi bintang tiga. Namun, jumlah wasit dengan lisensi internasional masih sedikit.
Boy Pohan berharap lebih banyak wasit nasional yang berani mengambil tantangan untuk mendapatkan lisensi internasional.
PON 2024 memberikan harapan baru bagi olahraga tinju di Indonesia. Dengan penanganan yang lebih baik, standar pertandingan yang lebih transparan, serta pembinaan yang berkelanjutan untuk petinju dan wasit muda, tinju Indonesia diharapkan bisa meninggalkan citra negatif dan mulai dikenal sebagai olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas.
Momentum positif ini harus terus dijaga dan dikembangkan. Jika semua pihak, dari atlet, wasit, hingga penyelenggara, terus berkomitmen untuk menjaga kualitas dan sportivitas, maka masa depan tinju Indonesia akan makin cerah, baik di kancah nasional maupun internasional.
Dengan langkah-langkah yang sudah diambil di PON 2024, kita layak optimistis tinju Indonesia bisa melangkah jauh, bukan hanya di level regional, tetapi juga di pentas dunia.
Kota Pematang Siantar menjadi bukti bahwa Tinju tak lagi dilihat sebagai cabang olahraga yang rusuh, tetapi sebagai olahraga yang penuh strategi, kekuatan, sportivitas, bahkan sarat pesan damai.