Mendorong Kemandirian Ekonomi Lewat Program Makan Bergizi Gratis

  • Bagikan
Relawan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial, Milah Karmilah (kanan) saat memberikan bantuan permakanan pada lansia di Desa Sukamanis, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, bersama Menteri Sosial Saifullah Yusuf. (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari).

Oleh : Lintang Budiyanti Prameswari

JAKARTA, SULBAR EXPRESS – Siang itu, sisa-sisa hujan masih membasahi Desa Sukamanis, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Relawan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial, Milah Karmilah (45) sudah menunggu kedatangan Menteri Sosial Saifullah Yusuf di dapur umum yang ia dirikan bersama para tetangganya.

Di dapur itu, setiap harinya Milah memasak untuk memberikan bantuan permakanan kepada 99 penerima manfaat yang terdiri dari para penyandang disabilitas dan lanjut usia (lansia).

Siapa sangka, Milah dulunya adalah penerima bantuan sosial (bansos) PKH dari Kemensos, dan memutuskan untuk berhenti, setelah usaha sembako dan penggilingan padinya berhasil memberikan keuntungan yang mampu menghidupi keluarganya.

Program permakanan untuk lansia dan disabilitas yang diinisiasi Kemensos dinilai mampu menjadi praktik baik yang dapat diterapkan dalam program prioritas Makan Bergizi Gratis di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Milah dapat menjadi salah satu contoh bahwa program tersebut telah mampu mendorong kemandirian ekonomi warga. Ia telah menerima bansos PKH sejak tahun 2009 hingga 2016, kemudian pada tahun 2017, ia memutuskan berhenti dan mendirikan usaha warung sembako.

Pada tahun 2017 dia ditetapkan oleh Bank Negara Indonesia (BNI) untuk menjadi agen Bank BNI membantu pencairan Bantuan Pemerintah Non-Tunai Program Keluarga Harapan (BPNT PKH). Dia kemudian merintis usaha dari mulai punya penggilingan padi sampai saat ini bisa membantu warga, terutama untuk pencairan BPNT berupa beras. Karena menggunakan mesin penggilingan padi milik sendiri, beras yang disalurkan kepada penerima, kualitasnya bagus.

Dalam sehari, untuk bantuan permakanan kepada lansia dan disabilitas tersebut, ia memberdayakan 5-6 orang tetangganya untuk membantu memasak dan mengumpulkan padi dari para petani di sekitarnya, lalu membelinya atau untuk dijual kembali di warung sembako miliknya.

Permakanan lansia di lingkungan itu berasnya bagus, sehingga ketika ditanak menjadi nasi rasanya enak.

Milah mengisahkan, setiap hari biasanya mulai memasak sejak pukul 02.00, kemudian pada pukul 03.30 datang pekerja untuk mengemas, dan pada pukul 05.30 makanan mulai dikemas untuk didistribusikan saat sarapan. Sementara untuk bantuan permakanan siang, petugas yang memasak dan mengemas berbeda.

Dalam bantuan permakanan tersebut, dapat dipastikan jika seluruh menu yang disajikan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Menunya ada buah dua macam, ikan dua macam, sayur, nasi, dan minuman air putih. Semuanya ada enam jenis.

Bisa membantu

Selama ini, Milah memastikan seluruh beras yang digunakan untuk bantuan permakanan merupakan hasil menggiling padi secara mandiri, baik yang diambil dari ladangnya sendiri, maupun hasil ladang para tetangganya.

Dengan menggunakan padi hasil ladang sendiri, makanan yang disajikan cenderung tidak ada rasa basi dan perbedaan rasa. Selain itu, setelah mendapatkan suntikan dari program PKH, ia berhasil mendapat keuntungan yang lumayan besar per bulan, dari usaha pribadi penggilingan padinya.

Untuk penggilingan padi, ia mendapatkan keuntungan lebih dari Rp5 juta per bulan. Bagi dia, yang dulunya merupakan penerima bantuan, pendapatan sebesar itu lumayan besar. Sebagai bentuk kepedulian pada nasib sesama, keuntungan itu juga digunakan untuk membantu warga, seperti membawa mereka ke rumah sakit karena tidak memiliki biaya untuk ongkos ke RS, atau membantu orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) untuk menjalani terapi.

Keuntungan sebesar Rp5 juta tersebut, tentu tak lepas dari tekadnya untuk memanfaatkan bansos PKH-nya sebagai modal dan percaya diri mendirikan bisnis penggilingan padi dan juga warung sembako.

Ia merasa, setelah keluar dari status penerima bansos PKH, masih banyak yang perlu mendapatkan bantuan selain dirinya, sehingga membuka warung usaha menjadi salah satu jalan baginya untuk mandiri demi menghidupi keluarganya.

Milah keluar dari PKH pada 2017, dengan alasan bahwa masih ada masyarakat lainnya yang juga membutuhkan bantuan, seperti dirinya.

Ciptakan lapangan kerja

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana juga menjelaskan bahwa program Makan Bergizi Gratis akan menciptakan pasar baru bagi permintaan pangan.

BGN akan menempatkan satuan layanan di 34 provinsi di seluruh Indonesia, yang menjadi peluang untuk menumbuhkan permintaan baru atau new emerging market, sehingga permintaan bahan pangan dapat tumbuh secara signifikan dan meningkatkan produksi pangan lokal untuk menyuplai pasar baru tersebut.

Melalui pertumbuhan permintaan pasar yang baru, program Makan Bergizi Gratis diharapkan dapat merangsang peningkatan kebutuhan bahan pangan lokal, seperti beras, ayam, telur, sayuran, buah, serta bahan pangan lain, seperti ikan dan daun kelor yang mendukung kebutuhan gizi masyarakat.

Selain itu, setiap satuan BGN yang tersebar di seluruh provinsi akan mengelola sekitar Rp9 miliar – Rp11 miliar per tahun untuk program Makan Bergizi Gratis. dari jumlah itu, 85 persen dari dana tersebut dikelola untuk membeli bahan baku yang berasal dari pertanian, perkebunan, atau peternakan lokal.

Kucuran dana tersebut juga dinilai dapat menjadi penggerak roda ekonomi di setiap lokasi, di mana uji coba pada 100 titik dari Sabang (Provinsi Aceh) sampai Merauke (Provinsi Papua Selatan) akan dimulai pada Desember 2024.​​​​​​​

BGN juga akan menggerakkan Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) yang akan menjadi perpanjangan tangan negara lewat lembaga tersebut di daerah untuk memastikan pemenuhan gizi anak dalam program Makan Bergizi Gratis.

Setiap unit pelayanan yang tersebar di berbagai daerah tersebut diisi oleh tiga lulusan SPPI yang terbagi atas posisi manajer, administrasi dan ahli akuntansi, serta tenaga gizi.

Pemerintah menyepakati total anggaran Makan Bergizi Gratis tahun 2025 sebesar Rp71 triliun, dengan total penerima 17 juta jiwa.

Sepanjang periode 2024-2029, pemerintah menargetkan 44 juta anak usia sekolah, 4 juta ibu hamil, dan lain-lainnya, dengan total 82 juta jiwa menjadi penerima dampak program Makan Bergizi Gratis.

Selain itu, kebutuhan dapur untuk melayani program Makan Bergizi Gratis untuk anak di sekolah sebanyak 48 ribu dapur/unit layanan serta kebutuhan karbohidrat dan protein sebesar 12,7 juta ton per tahun. (Antara)

  • Bagikan

Exit mobile version