BI Sulbar Harap Gubernur Baru Kembangkan Sumber Ekonomi Baru

  • Bagikan
Pimpinan Bank Indonesia Sulbar saat memaparkan perkembangan ekonomi Sulbar, Kamis 23 Januari 2025.

MAMUJU, SULBAR EXPRESS – Di awal tahun 2025, Bank Indonesia (BI) Sulbar menggelar diskusi seputar perkembangan ekonomi provinsi ini. Agenda ini dikemas dalam bentuk Obrolan Santai Bank Indonesia bareng Media (OSBIM), Kamis 23 Januari 2025, di Manuju.

Kepala Perwakilan BI Sulbar Gunawan Purbowo menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Sulbar pada quartal ketiga (Q3) 2024 tumbuh 2,16% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan Nasional sebesar 4,95% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Sulbar pada Q3 2024 tumbuh 2,16% (yoy), lebih rendah dari Q2 2024 sebesar 4,30% (yoy). Pencapaian tersebut juga lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional Q3 2024 sebesar 4,95% (yoy).

Dari sisi Lapangan Usaha (LU), LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mencatatkan penurunan pertumbuhan akibat menurunnya kinerja produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.

Pertumbuhan LU Industri Pengolahan juga tercatat deseleratif seiring dengan turunnya pertumbuhan produksi CPO dan produk turunannya. Kemudian, LU Konstruksi turut mencatatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan oleh offtrack progress Pembangunan PSN Bendungan Budong-budong di Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng).

Terakhir, LU Administrasi Pemerintah turut tercatat mengalami perlambatan yang disebabkan penurunan Belanja Pemerintah Pusat (BPP) untuk belanja barang dari APBN, serta melambatnya pertumbuhan realisasi belanja APBD secara keseluruhan pada Q3 2024.

Dalam kesempatan ini, Gunawan Purbowo juga menyampaikan akan pentingnnya peran pemerinta, apalagi akan hadirnya pemimpin definitif. Sekedar informasi, bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur Sulbar terpilih, Suhardi Duka dan Salim S. Mengga akan dilantik pada awal Februari 2025.

“Dengan akan dilantiknya pemimpin baru di Sulbar, mudah-mudahan pemimpin baru bisa terus mengembangkan sumber-sumber ekonomi baru,” kata Gunawan Purbowo.

Selanjutnya ia menjelaskan, dari Sisi Pengeluaran, Konsumsi pemerintah tumbuh melambat yang dipengaruhi oleh menurunnya realisasi belanja pegawai pasca pembayaran TambahanPenghasilan Pegawai (TPP) kepada para ASN pada Juni 2024.

Komponen Investasi/PMTB turut tercatat mengalami perlambatan yang disebabkan utamanya oleh melambatnya realisasi anggaran Pembangunan PSN Bendungan Budong-Budong. Terakhir, Kinerja Ekspor turut mencatatkan perlambatan akibatmenurunnya pertumbuhan produksi CPO dan turunannya.

Perkembangan Inflasi

Tingkat inflasi Sulbar pada Desember 2024 secara tahunan tercatat sebesar 1,49% (yoy) atau secara bulanan sebesar 0,66% (mtm), lebih rendah dari tingkat inflasi nasional sebesar 1,57%(yoy).

Komoditas utama yang memengaruhi terjadinya deflasi bulanan adalah Jeruk Nipis/Limau, IkanKembung, Cabai Rawit, Angkutan Udara, dan Emas Perhiasan.

Kenaikan pasokan jeruk nipis dari Kota Makassar, Sulsel, dan cabai rawit dari daerah pegunungan Kabupaten Mamuju menjadi faktor utama menurunnya harga kedua komoditas tersebut.

Lalu meningkatnya suplai ikan kembung dari luar Sulbar (wilayah pesisir barat Sulsel dan Sulteng) membuat komoditas ini mengalami deflasi.

Deflasi angkutan udara dipengaruhi oleh efek turunnya fuel surcharge dari 10% menjadi 2% sejak periode 28 November 2024 – 3 Januari 2025.

Terakhir, harga emas menurun dipengaruhi melambatnya pertumbuhan hargaemas dunia pada Desember 2024. Di sisi lain, sejumlah komoditas menyumbangkan inflasi, seperti Tomat, Ikan Layang, Beras, CabaiMerah, dan Ikan Cakalang.

Penurunan produksi tomat dan cabai merah pada tingkat petani, khususnyadari luar Sulbar (wilayah tengah Sulsel) disebabkan oleh tingginya intensitas curah hujan sehinggamembuat harga kedua komoditas tersebut meningkat.

Sementara itu, harga beras turut mengalami kenaikan akibat telah berakhirnya musim panen yang terjadi pada awal triwulan IV 2024 dan mulaimemasuki masa tanam pada akhir tahun 2024.

Kemudian, terjadinya inflasi pada ikan layang dan ikancakalang didorong oleh tingginya volatilitas tinggi gelombang laut di wilayah perairan Sulbar yangmeningkat sehingga hasiltangkapan nelayan yang menjaditidak optimal.

Inflasi Terendah Ketujuh di Sulampapua

Pada Desember 2024, Sulbar menjadi provinsi dengan tingkat inflasi tahunan terendah ketujuh di Kawasan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), dimana Gorontalo dan Sulut memiliki tingkat inflasi tahunan terendah pertama dan kedua.

Sementara itu, Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Barat menjadi tiga provinsi dengan tingkat inflasi tahunan tertinggi di Kawasan Sulampua

Perkembangan Sistem Keuangan Sulbar

Stabilitas Sistem Keuangan di Sulbar sepanjang tahun 2024 tetap terjaga, meskipun Loan to Deposit Ratio relatif tinggi.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Sulbar pada periode Desember 2024 mencapai Rp 6,15 triliun atau tumbuh 4,58% (yoy). DPK tersebut belumcukup untuk memenuhi permintaan kreditatau pembiayaan masyarakat Sulbar.

Untuk realisasi Kredit atau Pembiayaan perbankan di Sulbar pada periode Desember 2024 tercatat sebesar Rp 12,85 triliun atau tumbuh 4,04% (yoy). Total kredit perbankan di Sulbar didominasi oleh jenis Kredit Konsumsi dan Modal Kerja.

Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulbar pada periode Desember 2024 sebesar 208,8% atau relatif tinggi (LDR > 100%). Perlu dorongan penghimpunanDPK secara progresif yang didukung peningkatan aktivitas usaha.

Mengenai stabilitas Sistem Keuangan di Sulbar sepanjang tahun 2024 tetap terjaga, Meskipun Loan to Deposit Ratio relatif tinggi.

Kredit UMKM perbankan di Sulbar pada periode Desember 2024 senilai Rp 5,93 triliun, menurun -1,79% (yoy). Kredit ini didominasi oleh sektor perdagangan.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) perbankan di Sulbar pada periode Desember 2024 mencapai Rp 2,81 triliun atau tumbuh 0,03%. Kredit ini didominasi oleh jenisusaha berkategori mikro.

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) Sulbar periode Desember 2024 tercatat sebesar 2,08% , yang perlu menjadi perhatian perbankan untuk terus menjaga kualitas kredit Sulbar. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version