SULBAR EXPRESS – Pengamat ekonomi, Ibrahim Asuaibi, menyebut situasi ini sebagai cerminan dari kondisi ekonomi domestik yang tengah lesu. Ia menyoroti dua indikator utama, yakni Indeks Penjualan Riil (IPR) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menurun sebagai tanda.
Dijelaskannya, perekonomian Indonesia nampak tengah mengalami kelesuan. Bisa dilihat dari berbagai data yang ada.Data Bank Indonesia (BI) mencatat, IPR pada Maret 2025 hanya tumbuh 5,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan Maret 2024 yang mencatatkan pertumbuhan 9,3 persen.
Lebih lanjut, IPR pada April 2025 diprediksi justru mengalami kontraksi hingga minus 2,2 persen secara tahunan, dengan proyeksi berada di level 231,1.
Di saat yang sama, IKK sebagai indikator optimisme konsumen, juga melemah. IKK Maret 2025 tercatat turun ke level 121,1 dari bulan sebelumnya yang berada di 126,4. Meski sempat menguat tipis ke 121,7 pada April 2025, pemulihan dinilai masih belum cukup signifikan.
“Maka dari itu, tak heran kalau tingkat konsumsi maupun antusiasme masyarakat Indonesia secara ekonomi pada momen Lebaran tahun ini tak sebesar Lebaran di tahun-tahun sebelumnya,” sambung Ibrahim, dikutip kantor berita politik, Jumat 16 Mei 2025.
Ia menilai, stagnasi pendapatan menjadi salah satu penyebab utama lesunya konsumsi masyarakat.
Sebagai solusi, Ibrahim menyarankan perlunya kebijakan intervensi pemerintah berupa bantuan sosial (bansos) yang tepat sasaran untuk masyarakat berpendapatan rendah.
Selain itu ia juga meminta pemerintah untuk mengatasi kelesuan ekonomi yang juga dialami kelas menengah, seperti penciptaan industri baru. (rol/*)