MAMUJU, SULBAR EXPRESS – Karya Kreatif Ekonomi (KKE) dan Pekan Ekonomi Syariah (PEKSyar) Sulbar tahun 2025 adalah cerminan sinergi nyata antara penguatan ekonomi kreatif, pemberdayaan UMKM, pengembangan ekonomi syariah, serta optimalisasi potensi kearifan lokal Sulbar.
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulbar Eka Putra Nudi Nugroho saat pembukaan KKE dan PEKSyar di Atrium Maleo Town Square (Matos) Mamuju, Kamis malam, 19 Juni 2025.
Pada kesempatan ini, Eka Putra mengemukakan bahwa keegiatan tersebut sekaligus menjadi salah satu momentum strategis dalam memperkuat ekosistem ekonomi daerah yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan dalam kerangka Panca Daya Sulbar untuk mewujudkan Sulbar Maju dan Sejahtera.
Dalam kerangka ini, lanjutnya, BI berkomitmen untuk senantiasa mendorong penguatan dan pengembangan UMKM dan Ekonomi Syariah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan melalui tiga Pilar Kebijakan Pengembangan UMKM BI, yakni: Pertama, penguatan korporatisasi, melalui pendampingan dalam hal penguatan kelembagaan, sertifikasi dan perizinan, serta klasterisasi UMKM (bagi usaha sejenis, saling melengkapi dan/atau berkaitan, dengan kesamaan lokasi dan/atau kepentingan), Kerjasama BI dengan Disperindag.
Kedua, Peningkatan kapasitas UMKM, melalui capacity building dan bimbingan teknis kepada UMKM agar dapat meningkatkan knowledge serta skill SDM. Pemberian bantuan sarpras untuk peningkatan kapasitas, perluasan akses pasar (trade expo), onboarding e-commerce, maupun kegaitan lainnya, Kerjasama BI dengan Disperindag.
Ketiga, penguatan akses pembiayaan, melalui fasilitasi penggunaan aplikasi dari BI untuk mendukung pencatatan keuangan SIAPIK untuk membuat usaha menjadi bankable, fasilitasi business matching dengan perbankan untuk membuka rekening dan mengakses pembiayaan, dan perluasan alternatif sumber permodalan formal bagi UMKM sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan usaha.
Melengkapi persepektif sebelumnya, lajut Eka Putra, dalam skala global ekonomi syariah terus menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat. Laporan State of the Global Islamic Economy mencatat bahwa pada tahun 2024, total nilai industri halal global mencapai lebih dari USD 3 triliun, mencakup sektor makanan halal, fashion, farmasi, kosmetik, keuangan syariah, hingga pariwisata halal.
Di tingkat nasional, Indonesia kini menempati peringkat ke-3 dunia dalam pengembangan ekonomi syariah, menunjukkan potensi luar biasa yang dapat dikontribusikan untuk mendukung ketahanan dan pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.
Melihat besarnya potensi tersebut, Bank Indonesia meyakini bahwa penguatan ekonomi syariah juga perlu terus digerakkan di tingkat daerah, termasuk di Sulbar.
Dijelaskan, Sulbar memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi syariah, baik dari sisi sumber daya alam, kearifan lokal, ekosistem pesantren, hingga antusiasme masyarakat terhadap produk halal.
Oleh karena itu, komitemen BI untuk mendukung perkembangan ekonomi syariah ini akan terus dilakukan tiga strategi yaitu : Pertama, penguatan ekosistem produk halal.
Pada TW2 – 2025 ini, Indonesia telah melaksanakan program pendampingan dan pelatihan sertifikasi halal kepada 40 UMKM di Sulbar, dimana 11 di antaranya telah berhasil memperoleh sertifikat halal. Penguatan sertifikasi halal ini akan terus diperluas, seiring dengan penguatan kualitas dan daya saing produk lokal yang berbasis syariah.
Kedua, penguatan literasi, inklusi, dan halal lifestyle. BI secara aktif melakukan edukasi keuangan syariah kepada masyarakat, sekaligus mendorong penerapan gaya hidup halal melalui berbagai program. Salah satunya melalui kolaborasi pelatihan Juru Sembelih Halal (JULEHA) bersama Kementerian Agama, MUI, dan mitra strategis lainnya yang hingga saat ini telah mencetak 191 juru sembelih bersertifikat di Sulbar.
Di sisi penguatan ekosistem pesantren, BI juga mendorong pengembangan bisnis pesantren melalui program Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (HEBITREN), yang hingga saat ini telah melibatkan 30 pesantren aktif dalam kegiatan usaha berbasis syariah.
Tak hanya itu, penguatan literasi juga diperluas melalui sinergi bersama Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan akademisi, untuk memastikan pengembangan ekonomi syariah senantiasa sejalan dengan penguatan ekonomi daerah.
Ketiga, penguatan keuangan syariah.Bank Indonesia bersama instansi dan otoritas terkait terus mendorong penguatan instrumen keuangan syariah, termasuk penguatan pengelolaan zakat dan wakaf produktif, anatara lain melalui pengembangan dan pemanfaatan platform wakaf satu pintu yang terintegrasi.
Selanjutnya Eka Putra menjelaskan, implementasi strategi pengembangan dan penguatan UMKM dan Ekonomi Syariah ini tentu dilakukan secara terintegrasi dengan melibatkan sinergi dan dukungan penuh dari Pemerintah Daerah, Forkopimda, organisasi masyarakat, maupun seluruh pemangku kepentingan lintas sektor, termasuk dalam wadah Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) sebagai motor penggerak kolaborasi lintas sektor.
Dengan demikian, optimisme untuk mewujudkan UMKM dan Eksyar di Sulbar yang berdaya saing, naik kelas, dan mampu berdikari dapat terwujud. Sinergi kebijakan dan program lintas lembaga ini diharapkan tidak hanya memperkuat ketahanan ekonomi daerah, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menciptakan lapangan kerja, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Barat secara berkelanjutan.
Semangat inilah yang kemudian diwujudkan melalui kegiatan KKE dan PEKSyar Sulbar tahun 2025 sebagai program kolaborasi unggulan besama antara BI, Pemprov Sulbar dan juga seluruh elemen terkait yang tergabung didalam Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS).
Kegiatan KKE dan PEKSyar ini pun diharapkan dapat menjadai salah satu katalisastor untuk mendukung salah satu misi pemerintah Sulbar yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
Selama tiga hari kedepan KKE dan PEKSyar Sulbar 2025 akan teridri dari beragam kegiatan yang menggambarkan kekayaan potensi ekonomi di Provinsi Sulbar.
Kegiatan dimaksud akan terdiri dari berbagai rangkaian diantaranya: Kegiatan Perluasan Akses Pasar, dimana KKE dan PEKsyar akan memperkenalkan UMKM dari berbagai komoditas unggulan seperti kopi ataupun coklat yang ada di Sulbar.
Kegiatan Business Matching, dimana kegiatan ini akan mempertemukan antara pelaku pasar (UMKM, produsen dan lainnya) dengan calon pembeli/buyyer atau mitra strategis baik di Sulbar ataupun antar daerah.
Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi untuk memperkaya wawasan dan pemahaman kita mengenai berbagai topik strategis seperti penguatan lembaga usaha, penguatan ekspor dan industri hijau (talkshow ekspor), optimalisasi potensi wakaf, hingga peningkatan ketahanan pangan. Harapannya kegiatan sosialisasi dan edukasi ini pun dapat mendukung misi Sulbar yaitu Membangun SDM yang unggul dan berkarakter.
Pada tahun 2025, KKE dan PEKSyar Sulbar akan diikuti oleh 32 UMKM (terdiri dari 24 UMKM makanan dan minuman, 3 UMKM Kerajinan, dan 5 UMKM produk wastra/fashion/kain), serta 28 Instansi terkait untuk menguatkan bersama keuangan syariah di Provinsi Sulbar.
Sebagai suatu rangkaian kegiatan yang telah diinisiasi sejak awal tahun, puncak KKE dan PEKSyar Sulbar 2025 ini diharapkan dapat mencapai target nilai transaksi hingga Rp 11 miliar, mencakup Rp 10,6 miliar dari Kerjasama Antar Daerah, Rp 1,15 miliar dari Pembiayaan, dengan transaksi dalam Pameran UMKM hingga Rp 75 juta.
Kegiatan ini juga ditargetkan mampu menarik lebih dari 1.000 peserta, yang tidak hanya akan meningkatkan kegiatan ini. Namun juga dapat memberikan efek multiplier yang signifikan bagi perekonomian Sulbar. Selain itu, sebagai bagian dari komitmen dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah, BI berperan aktif dalam mendorong optimalisasi wakaf produktif.
Upaya ini dilakukan melalui berbagai bentuk fasilitasi dan kolaborasi lintas sektor, khususnya dalam mendorong pemanfaatan aplikasi Satu Wakaf, yakni pengelolaan aset wakaf secara produktif baik yang berupa aset tetap seperti tanah dan bangunan, maupun aset bergerak seperti dana tunai dan barang berharga lainnya.
“Dan pada kesempatan ini kita akan memeulai inisiasi program wakaf produktif dimaksud sebagai bentuk pilot project yang telah dikembangkan untuk Peternak Tandasura, di wilayah Polewali Mandar,” ucap Eka Putra.
Percepatan pengembangan UMKM serta Ekonomi dan Keuangan Syariah di Sulbar tentunya memerlukan sinergi dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan.
Untuk itu, BI akan terus bersinergi dengan pemerintah daerah, Forkopimda, serta instansi dan otoritas terkait serta seluruh elemen masyarakat, dalam mendorong penguatan UMKM dan ekonomi syariah yang mampu mendukung pencapaian visi Sulbar Maju dan Sejahtera, sekaligus sejalan dengan cita-cita besar Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah global.
“Mengakhiri sambutan ini, izinkan saya menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam menyukseskan kegiatan ini. Semoga setiap ikhtiar kita dalam memperkuat UMKM dan ekonomi syariah menjadi amal jariyah yang diberkahi oleh Allah Subhanahu Wa Taala,” ucap Eka Putra.
“Semoga semangat KKE dan Pekan Ekonomi Syariah ini menjadi bagian bersama untuk terus bergerak, bersinergi, dan menghadirkan ekonomi yang berkeadilan, inklusif, serta berkelanjutan di bumi Sulbar dalam mewujudkan Sulbar yang Maju dan Sejahtera,” tutup Eka Putra. (*)