Karena Kelapa Sawit di Sulawesi, Transmigrasi Menjadi Saksi Perkembangan Desa

  • Bagikan

PASANGKAYU, SULBAREXPRESS.CO.ID – Sebuah daerah tidak terlepas dari industri yang berada pada wilayah tersebut. Tidak terkecuali Desa Minti Makmur dan Desa Polanto Jaya, Kecamatan Rio Pakava, Kabupaten Donggala, Sulteng.

Hingga beberapa warga transmigrasi kini menjadi saksi bahwa perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu alasan berkembang suatu desa atau wilayah.

Sutikno (44), Sekretaris Desa Minti Makmur, sangat ingat saat ia pertama kali datang ke desa tersebut tahun 1991. Ia mengikuti orang tuanya yang mengikuti program transmigrasi.

“Kami datang dengan kapal langsung di Tikke. Saya ingat sekali umur saya masih 13 tahun saat itu. Kami berjalan kaki cukup lama. Tanahnya masih lebek. Jika ada hujan, jalan tersebut tergenang. Dan kondisi jalan tersebut berlangsung selama tahun 1991 sampai dengan tahun 1996,” kata Sutikno, di Desa Minti, Kecamatan Rio Pakava yang merupakan perbatasan langsung dengan Kabupaten Pasangkayu, Sulbar, Rabu 6 April.

Menurutnya, selain kendala jalan yang sulit, kondisi desa pada saat itu juga terkendala dengan adanya banjir jika musim hujan. Air dari sungai masuk dan menggenangi lahan dan pemukiman.

Pada awal 90an sampai dengan tahun 1994, keluarga Sutikno bertani dengan komoditas padi. Namun, pada akhirnya komoditas tersebut tidak lagi menjadi komoditas utama di desanya.

Tahun 1994 sampai dengan tahun 2006, Sutikno dan warga lainnya mulai menanam komoditas kakao atau coklat.

“Mulanya bagus, namun kemudian banyak hama yang muncul. Pada akhirnya tanaman kakao tersebut tidak lagi memberikan penghasilan sesuai dengan harapan,” ceritanya.

Dirinya merasakan adanya perubahan, setelah dibangun tanggul yang dibuat oleh PT Mamuang. Desanya tidak lagi mengalami banjir, air yang dahulu tergenang cukup lama jika sedang musim hujan kini tidak lagi terjadi.

“Kini, saat hujan ada genangan tapi saat hujan berhenti, tidak ada genanangan sama sekali. Hal ini berkat drainase yang dibuat oleh perusahaan,” ujar Sutikno.

Tahun 2006, Sutikno mengikuti program Income Generating Activity (IGA) yang diselenggarakan oleh PT LTT. Ia mengubah komoditas dari kakao menjadi kelapa sawit.

“Sebagian masyarakat langsung menerima dan sebagian laginya masih bimbang,” ungkapnya. Namun, kata Sutikno, kini semua warga menanam kelapa sawit.

Begitu halnya, yang dirasakan Umi Rahadi, salah satu transmigrasi dari Gorontalo pada tahun 1996. Ia merantau untuk mencari pekerjaan sebagai pekebun. Memilih berkebun coklat dan mengalami kemunduran di tahu 2000an.

Mengalami perbaikan Kehidupan Desa Minti Makmur dan Polanto Jaya perlahan bisa berubah. Pada tahun 1996, jalan mulai terhubung dari kantor pusat PT Lestari Tani Teladan (PT LTT) sampai dengan Desa Polanto Jaya.

“Warga Desa Minti Makmur akhirnya bisa ada jalan alternatif untuk sampai ke Tikke yakni, melewati Desa Polanto Jaya sampai dengan kantor PT LTT. Setelah itu, kendala jalan dapat teratasi,” ulasnya.

Umi termasuk kelompok yang bimbang. Walau tujuan merantau dari Gorontalo adalah untuk menanam tamanan perkebunan. Namun akhirnya ia memutuskan untuk menanam kelapa sawit pada tahun 2008.

Sutikno menjual langsung ke pabrik PT Letawa, sementara Umi menjual ke pedagang. Tahun 2015, PT LTT yang berdampingan langsung dengan Desa Minti Makmur dan Polanto Jaya mendirikan pabrik sendiri. Hal ini disambut dengan suka ria.

“Semakin dekat PKS dengan desa jadi kami bisa lebih efisien, dimana Truk yang biasanya hanya dapat 1 kali ke PKS, kini bisa 2 kali dalam satu hari, karena infrastruktur jalan yang sudah baik,” urainya.

Kini, semua kendala yang dulu dirasakan oleh Sutikno dan Umi tidak ada lagi. Infrastruktur dan ekonomi masyarakat sudah sangat baik. Perkembangan ini juga disebabkan adanya perkebunan kelapa sawit di desa kami. Dan hubungan yang baik antara masyarakat dengan perusahaan.

“Kami bisa bersaksi, kemajuan desa kami itu, dikarenakan ada perkebunan kelapa sawit sejak dulu hingga kini. Dan kami bisa begini, karena kami yakin, setiap masalah selalu kami selesaikan dengan musyawarah, dan yang terpenting bersabar,” tegas mereka berdua. (*/ndi)

  • Bagikan