Kisah Marianus, Mengais Nafkah di Kamar Jenazah

  • Bagikan
Marianus, petugas kamar jenazah di RSUD Polewali.-- foto: m. danial --

BEKERJA sebagai petugas kamar jenazah tidak semua orang bisa menjalani. Selain harus punya “keberanian” dan pengetahuan mengenai seluk-beluk penanganan dan pemulasaran jenazah sesuai prosedur.

Catatan:
M Danial

(Jurnalis)

Harus paham juga tatacara mencegah penularan penyakit pada jenazah. Salah satu yang melakoni pekerjaan tersebut adalah Marianus, petugas kamar jenazah RDUD Polewali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulbar. Dilakoni sejak menjadi tenaga honorer sebagai petugas kamar jenazah, sepuluh bulan lalu.

Sebelumnya, ia bekerja sebagai tukang becak. Pria 54 tahun itu mengatakan, terus berusaha bekerja dengan baik sebagai petugas kamar jenazah.

Walau honornya hanya Rp 1,5 Juta perbulan, tidak mengurangi semangat Marianus untuk selalu fokus pada tugasnya mengurusi jenazah. Malah, ia mengaku sudah akrab dengan kamar jenazah dan sudah terbiasa “menemani” jenazah dalam ruang pemulasaran, walau hanya sendirian pada malam hari.

“Selama bertugas di sini, saya merasa sudah akrab dengan tempat bekerja (kamar jenazah). Sudah terbiasa juga “menemani” jenazah dalam ruang pemulasaran, biarpun sendirian pada malam hari,” kata Marianus, di sela istirahat tugasnya, beberapa hari lalu.

Marianus mengatakan pekerjaannya sebagai petugas kamar jenazah tidak ringan. Setiap jenazah harus diperlakukan sesuai prosedur pemulasaran. Petugas kamar jenazah bertugas pula mengurusi semua yang berkaitan dengan jenazah sampai diserahkan kepada keluarganya untuk dimakamkan.

Untuk jenazah yang tidak memiliki keluarga atau tidak diketahui keluarganya, petugas harus juga memandikan, mengkafani, dan menyiapkan kebutuhan sholat jenazah yang beragama Islam. Kalau yang meninggal nonmuslim, Marianus juga yang menyuntik formalin sampai memakaikan pakaian pada jenazah.

Marianus mengatakan, sebagai petugas kamar jenazah ia memiliki prinsip memperlakukan dengan baik semua jenazah. Bukan hanya karena prosedur. Tapi menyadari bahwa semua manusia pada akhirnya akan mati. Menjadi jenazah. Dan semua berharap diperlakukan dengan baik saat meninggal.

“Bagi saya sebagai petugas kamar jenazah, merupakan prinsip memperlakukan dengan baik semua jenazah. Tidak melihat atau membedakan jenazahnya siapa, kita harus mengingat pada akhirnya akan mati. Semua berharap diperlakukan dengan baik,” tutur pria yang hingga kini masih jomblo.

Marianus bertugas sebagai penjaga kamar jenazah RSUD Polewali bersama lima temannya. Tiga orang PNS, dua orang lainnya berstatus tenaga sukarela juga. Mereka bekerja secara bergiliran (sistem shif) tiga kali dalam 24 jam.

Satu orang bertugas mulai pukul 07.00 Wita sampai 14.00 Wita, digantikan yang bertugas dari pukul 14.00-21.00 Wita. Dilanjutkan penggantinya mulai pukul 21.00 Wita sampai pagi.

Selama bertugas sebagai penjaga kamar jenazah, tamatan SMEA Negeri Polewali itu mengaku biasa-biasa saja. Tidak pernah dihinggapi rasa takut, membayangkan yang aneh-aneh, mengerikan, atau semacamnya, seperti kerap menjadi cerita masyarakat yang membuat merinding bulu roma.

Tapi, menurut Marianus, ada temannya beberapa kali merasakan hal aneh atau kelainan saat berada dalam kamar jenazah, pada malam hari maupun siang. Kerap juga terjadi saat kamar jenazah sedang kosong, tapi seolah ada orang lain berjalan mondar-mandir di sekitarnya, padahal ia hanya sendirian dalam kamar. Atau seperti mendengar suara  orang menangis, meraung-raung, menahan rasa sakit. Mendengar cerita tersebut, bulu roma seketika merinding.

“Kalau saya biasa saja, tidak pernah ada yabf aneh-aneh. Jadi tidak pernah merasa takut atau bagaimana. Tapi teman di sini biasa cerita ada yang aneh-aneh dilihat atau dirasakan saat jaga malam,” ungkap pria yang hingga kini masih jomblo.

Marianus sebagai petugas kamar jenazah tidak hanya mengurus jenazah pasien yang meninggal wajar. Tapi juga jenazah orang yang meninggal tidak wajar, seperti korban kecelakaan lalu lintas atau kasus kriminal yang mengalami luka parah dan meninggal tidak lama setelah tiba di RS. Sehingga langsung dibawa ke kamar jenazah.

Pernah juga menangani jenazah korban yang hanyut di sungai dan ditemukan setelah pencarian berhari-hari. Tiba di RS, kondisinya hampir tinggal tulang dan tengkorak. Belum lagi mayat orang yang tidak dikenal, ditangani di kamar jenazah sesuai prosedur. Dimandikan, dikafani, disholati oleh ustaz dan petugas RS, selanjutnya diburkan kerjasama Dinas Sosial dan Kepolisian.

Menghubungi ambulans juga diurusi Marianus dan kawan-kawan setiap menerima pemberi tahuan ada pasien meninggal, baik di kamar perawatan atau yang masih di IGD. Intinya, setiap ada pasien meninggal, Marianus dan kawan-kawan sebagai petugas kamar jenazah harus sigap mengerjakan tugas yang berkaitan dengan jenazah.  (*)

  • Bagikan

Exit mobile version