MAMUJU, SULBAR EXPRESS – Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) kembali melanjutkan langkah strategisnya melalui program ICMI Goes to Campus. Kali ini menyasar Universitas Muhammadiyah Mamuju (Unimaju), Sulawesi Barat.
Bertempat di Aula Unimaju, kegiatan itu dihadiri oleh ratusan mahasiswa serta segenap civitas akademika Unimaju. Dikemas dalam format Dialog Tematik, ICMI Sulbar mendorong isu strategis yang membincang tentang “Menata Ekonomi Sulbar yang Berkelanjutan: Sinergi Riset, Lokalitas, dan Tata Kelola Inklusif”.
Unimaju menjadi kampus keempat di Sulawesi Barat yang dikunjungi oleh ICMI dalam rangkaian program ini. Sebelumnya menyasar STAIN Majene, Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar), dan Universitas Tomakaka Mamuju (Unika).
Kehadiran program ini sebagai upaya meneguhkan komitmen ICMI sebagai wadah fasilitasi gagasan akademis dengan pemangku kebijakan di daerah, menjembatani kepentingan ilmu pengetahuan, spiritualitas, dan kebutuhan pembangunan.
Di Unimaju kegiatan menghadirkan Tiga narasumber yakni Ketua Umum MPW ICMI Orwil Sulbar, Dr. Hj. St. Suraidah Suhardi, M.Si.; Rektor Unimaju, Dr. H. Muh. Tahir, M.Si. serta Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unimaju, Muhammad Arsyad, S.Pd.I., MM. Ketiganya menyampaikan pandangan yang saling melengkapi tentang arah pembangunan ekonomi Sulbar yang ideal, berbasis nilai, data, dan kolaborasi.
Dalam paparannya, St. Suraidah Suhardi menekankan bahwa tantangan utama pembangunan saat ini bukan hanya soal angka kemiskinan, tetapi juga soal ketimpangan partisipasi dan fragmentasi aktor pembangunan. Ia mengingatkan pentingnya tata kelola inklusif yang memberi ruang bagi kelompok rentan, masyarakat sipil, dan akademisi untuk terlibat sejak perencanaan.
“Kita tidak bisa lagi bertumpu pada pendekatan yang top-down. Harus ada ruang yang cukup luas bagi kelompok rentan, ormas keagamaan, dan akademisi untuk ikut menentukan arah pembangunan. Kolaborasi bukan sekadar sinergi teknis, tapi ikhtiar kolektif menuju pembangunan yang berkah, adil, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Rektor Unimaju, Dr. H. Muh. Tahir menyampaikan bahwa perguruan tinggi harus menjadi kekuatan strategis dalam pembangunan ekonomi daerah. Ia menyoroti pentingnya riset aplikatif dan kemitraan kampus dengan pemerintah serta pelaku usaha lokal.
“Perguruan tinggi tidak boleh hanya jadi menara gading. Kami di Unimaju berkomitmen untuk menjembatani riset dengan kebutuhan riil masyarakat dan daerah. Inilah makna dari keberlanjutan: riset yang berdampak,” tuturnya.
Sementara itu, Muhammad Arsyad, mengangkat isu pengentasan kemiskinan dan peningkatan daya beli masyarakat sebagai bagian dari pendekatan ekonomi kerakyatan. Berdasarkan data BPS 2024, kemiskinan di Sulbar masih berada di atas rata-rata nasional, dan kondisi ini menurutnya menuntut langkah kolaboratif dan pemberdayaan ekonomi yang lebih konkret.
“Pemerintah, swasta, dan kampus harus bersinergi mengangkat daya beli masyarakat. Kuncinya ada pada UKM, pelatihan keterampilan, dan akses kerja. Jangan biarkan masyarakat hanya jadi objek bantuan, tapi harus diposisikan sebagai subjek perubahan,” tegasnya.
Kegiatan ini mendapat antusiasme tinggi dari para mahasiswa yang aktif berdiskusi, menyampaikan refleksi kritis, dan mempertanyakan praktik-praktik tata kelola anggaran, peran kampus dalam pengentasan kemiskinan, serta digitalisasi sektor ekonomi lokal.
Dengan menyasar kampus sebagai ruang strategis dialog publik, ICMI Goes to Campus di Unimaju tidak hanya menjadi forum intelektual, tetapi juga menjadi wujud nyata komitmen ICMI untuk menghubungkan dunia ilmu dan dunia kebijakan, menyinergikan kekuatan moral, intelektual, dan sosial dalam pembangunan daerah.
ICMI Sulawesi Barat bertekad untuk terus menghadirkan kegiatan serupa di berbagai kampus lainnya, mengokohkan peran intelektual muslim sebagai agen perubahan sosial yang inklusif, kontekstual, dan berpihak pada kemaslahatan masyarakat Sulawesi Barat. (*)