Nelayan Pejuang Pulau Lere-lerekang, P. Zikri: Innari Pura Loamu

  • Bagikan
Sejumlah warga nelayan Majene saat berada di Pulau Lere-lerekang. Gambar direkam beberapa waktu lalu.

MAJENE, SULBAR EXPRESS – Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam melakukan kesepakatan pembagian hak Participating Interest (PI) Eksplorasi Minyak Gas (Migas) Blok Sebuku Pulau Lere-lerekan sudah membuahkan hasil.

Pembagian hasil migas pulau Lere-lerekang yang terletak di wilayah Kabupaten Majene juga telah diterima Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majene yang merupakan sumber pendapatan daerah Majene.

Namun, Pemkab Majene dinilai belum membuka mata bagi para nelayan Majene yang dijuluki sebagai pejuang dengan berlayar ke Pulau Lere-lerekang untuk melakukan aksi penanaman pohon.

Aksi sejumlah nelayan Majene ini, tidak hanya melakukan penanaman pohon, melainkan juga melakukan pemasangan atribut sebagai bentuk kepemilikan nelayan terhadap pulau yang memiliki kandungan migas itu.

“Kami berjuang ke pulau Lere-lerekang bersama Sahid Soehupi sebagai Koordinator nelayan Lere-lerekang,” sebut P. Zikri salah seorang warga nelayan Majene,” Kamis 25 April.

Dituturkan, sejumlah nelayan yang ikut berjuang dengan berlayar ke pulau Lere-lerekang beberapa tahun lalu tidak hanya bertarung dengan gelombang tinggi, namun juga mempertaruhkan jiwa dan raga dalam menghadapi hantaman kerasnya ombak dan angin kencang.

“Sampai saat ini, Pemerintah Daerah Majene belum ada perhatian sama kami, padahal anggaran bagi hasil migas pengelolaan blok migas pulau Lerek-lerekan sudah ada,” ujarnya.

Diungkapkan, pemberangkatan para nelayan ke Pulau Lere-lerekang dilepas Almarhum Fahmi Massiara kala itu masih menjabat Wakil Bupati Majene yang dihadiri sejumlah tokoh masyarakat serta para tokoh nelayan Majene.

“Semestinya, pemerintah membuka mata atas perjuangan kami, jangan seperti istilah kacang lupa akan kulitnya, Innari Pura Loamu,” bebernya dalam versi bahasa Mandar. (hfd)

  • Bagikan